Menjadi Deadliner: Baik atau Buruk?

image

Kalian pasti sudah tidak asing dengan kata ‘deadliner’, bukan? Deadliner berasal dari deadline yang artinya batas waktu atau tenggat akhir dalam mengumpulkan tugas maupun pekerjaan. Deadliner adalah kondisi dimana seseorang lebih menyukai untuk mengerjakan sesuatu yang sudah mepet waktunya. Biasanya deadliner akan lebih fokus dengan pekerjaannya karena bisa menghasilkan ide kreatif serta lebih produktif ketika bekerja di bawah tekanan. Hal inilah yang membuat deadliner lebih menyukai bekerja mepet dengan deadline dibandingkan bekerja di awal waktu.

Banyak yang berpendapat bahwa deadliner merupakan sikap malas dan suka menunda-nunda pekerjaan. Namun, ada yang beranggapan juga bahwa deadline merupakan seseorang yang perfeksionis karena cenderung untuk mengulang pekerjaan dari awal hingga mendekati deadline suatu pekerjaan. Hal itu disebabkan munculnya ide kreatif saat mendekati deadline.

Menurut kalian, apakah menjadi deadliner itu memiliki pengaruh baik atau malah berdampak buruk?

1 Like

dulu saya menjadi kaum deadliner, tetapi menurut saya hal itu terjadi karena tidak baik dalam mengatur waktu. seperti saya sudah terlalu lelah melakukan aktifitas kuliah dan organisasi sehingga saya merasa “oh masih 3 hari lagi, nanti saja sekarang istirahat dulu”

memang istirahat itu penting, tetapi jika itu terjadi berulang kali hingga akhirnya terpaksa mengerjakan saat waktu tenggatnya besok menurut saya itu hanya karena saya tidak mau menghadapi tugas tersebut.

selain itu dampak buruknya adalah tugas tersebut jadi dikerjakan dengan terburu-buru dan hasilnya kurang maksimal walaupun memang benar dengan waktu tenggat yang mepet seperti itu membuat kinerja otak lebih cepat karena paksaan dari diri sendiri juga “harus selesai”.

jadi menurut saya deadliner tidak baik, tetapi apabila dicermati mereka adalah orang-orang yang paham priotritasnya karena mengetahui dengan baik jadwal tenggat tugas tugasnya.

1 Like

Menurut saya, menjadi deadliner sama dengan menunda-nunda pekerjaan, dan itu merupakan perilaku yang buruk. Alasan mengapa perilaku tersebut dianggap buruk, karena:

  1. Belum dapat memanajemen waktu dengan baik. Individu yang keseringan mengerjakan pekerjaan mendekati waktu tenggat akan berdampak pada manajemen waktu di kehidupan sehari-harinya. Jika tidak dapat memanajemen waktu dengan baik, maka rencana-rencana kegiatan juga menjadi terhambat.
  2. Output tugas tidak maksimal. Biasanya, orang yang mengerjakan sesuatu mendekati deadline cenderung akan mengerjakan tugas secara tergesa-gesa sehingga mengerjakan tugas hanya untuk memenuhi kewajiban, tetapi tidak memaknai value dari tugas yang dikerjakan.
  3. Berpengaruh pada hubungan interpersonal. Menyambung dari poin pertama, manajemen waktu yang buruk cenderung berpengaruh pada kegiatan sehari-hari, seperti terlambat dalam suatu pertemuan, mengingkari janji, dan sebagainya. Hal ini juga akan berdampak pada hubungan sosial dengan orang lain.
1 Like

sekarang aku menyadari bahwa menjadi kaum deadliner adalah perbuatan yang buruk. karena begadang sehingga aku jatuh sakit. dulu semasa sekolah aku deadlinener dan termasuk kategori siswa yang tidak mempunyai prioritas, semuanya sama saja. sepertinya karena aku terlalu menikmati masa muda ku, dan sekarang aku menyesali kenapa dulu aku termasuk kaum deadliner.
aku mengatakan buruk karena menurutku menjadi deoarang deadliner itu menganggu banyak hal menyita waktu terutama. ketika menjadi seorang deadliner akan lupa makan, mandi ataupun ibadah dan berujung begadang. membuat siklus menjadi tidak normal. itulah dampak buruk deadliner menurutku.

1 Like

Ngomongin manusia deadliner memang sedikit bikin ketawa. aku sendiri zuzur masuk team kaum deadliner, ntah pikiran atau konsep dari mana menurut ku ketika mengerjakan suatu tugas terlebih tugas kuliah enaknya saat deadline, secara sepontan otak terbuka dan tugas terlihat lebih mudah (lebih mudah padahal kaga wkwk) di kerjakan. menjadi bagian kaum deadliner memang sangat memberikan efek buruk bagi kesehatan. menjadi kaum deadliner pasti akan merasakan cemas ketika sudak dekat sekali dengan deadline dan akan memaksakan diri untuk mengerjakan tugas bahkan rela sampe ga tidur. Memang deadliner sangat tidak baik, aku sendiri juga sedang mencoba untuk ga jadi kaum deadliner, I hope I can do it hahahha.

1 Like

Kelihatannya normal dan tergantung dari sudut pandang masing-masing individu selama mereka bisa melakukan tugasnya dengan baik. Namun, ketika sering ada keraguan, ada efek jangka panjang yang dapat memengaruhi berbagai aspek perasaan.

Dikutip oleh Tirto (18/12/16), sebuah penelitian dari University of Vermont menyebutkan bahwa siswa yang suka menunda-nunda umumnya memiliki nilai yang lebih rendah di akhir semester. Juga, efek negatif yang dirasakan seperti khawatir, depresi, mudah stres, dan rendah diri. Efek ini terjadi karena hormon adrenalin bereaksi. Dimana kelenjar adrenal dan beberapa neuron sistem saraf pusat meningkatkan denyut jantung dan menyebabkan keringat dingin. Jika tubuh terus mengeluarkan hormon ini, maka akan menyebabkan stres dan mengganggu sistem pencernaan (growpublising.com, 2019).

Referensi
Gramedia. (2021). Sering Menunda Pekerjaan? Ini Dampak dan Cara Mengatasinya. Diakses pada Kamis, 30= September 2021 melalui Sering Menunda Pekerjaan? Ini Dampak dan Cara Mengatasinya

1 Like

Menjadi Deadliner menurut saya bukan hal yang baik.menjadi deadliner bagi saya pribadi cukup melelahkan, kita harus bekerja keras satu hari penuh atau dua hari penuh untuk mengerjakan tugas yang seharusnya bisa kita cicil dari jauh-jauh hari. Selain itu menjadi deadliner membuat hasil kerja kita tidak maksimal karena mengerjakan dengan waktu yang sangat terbatas. Maka dari itu lebih baik kita mencicil tugas jauh-jauh hari, hal ini mungkin terasa sulit karena timbul perasaan malas tapi jika kita bisa menjadikannya sebuah kebiasaan kita akan bisa lebih tenang menjelang pengumpulan dan hasilnya bisa maksimal.

1 Like

Menurut saya, tergantung bagaimana kita mendefiniskan deadliner ini. Jika deadliner yang dimaksud adalah hanya dari tenggat waktu pengumpulannya saja, maka menjadi deadliner bukan berarti hal yang buruk. Saya seringkali menjadi deadliner dalam hal pengumpulan tugas-tugas. Namun, disini bukan berarti saya belum mengerjakan apa-apa, justru saya sudah mempunyai konsep tugasnya seperti apa dan mengumpulkan saat tenggat waktu adalah alternatif apabila di jam-jam terakhir ada yang ingin saya revisi atau hal lain.

Namun, jika yang dimaksud deadliner adalah yang sejak awal hingga hampir tenggat waktu baru akan merancang konsep, saya rasa itu bukan sesuatu yang baik bila dilakukan terus-menerus. Mungkin ada sensasi adrenalin yang menyenangkan ketika berhasil menyelesaikan tepat sebelum deadline, namun jika berkelanjutan dikhawatirkan akan menimbulkan kecemasan berlebih. Apalagi ketika itu berhubungan dengan tugas bersama, tentunya mereka yang deadliner akan menghambat kerja kelompok dan membebani yang lain.

1 Like

Jujurly, saya adalah seorang yang deadliner. Terkadang saya merasa bangga karena dapat mengerjakan tugas tersebut dalam waktu cepat. Namun, melihat berbagai respon yang mengutarakan pendapatnya, saya juga setuju bahwa menjadi deadliner adalah suatu yang kurang baik. Jika mengerjakan jauh hari dari deadline, maka akan tugas yang dikejakan akan lebih hati-hati dan sehingga mendapat nilai dan hasil yang memuaskan.

1 Like

Saya rasa menjadi deadliner itu kurang baik, karena kita tidak bisa memprediksikan ada kendala apa saat mendekati deadline, hal ini sering terjadi oleh teman saya yang menjadi seorang dealiner, ia panik hingga berujung tidak mengumpulkan tugas karena ada masalah dengan laptopnya, karena mengerjakan dengan waktu yang sangat singkat dari jadwal pengumpulan, jadi ia tidak sempat untuk memperbaikinya.
Mungkin menjadi seorang deadliner sering menjadi pilihan beberapa orang karena kerja otaknya bisa lebih lancar saat waktu singkat tersebut, tapi saran saya hal tersebut jangan dijadikan kebiasaan, karena kita tidak tahu akan ada kendala seperti apa yang kemungkinan akan terjadi.

1 Like

Sebenarnya ini tidak baik sih walaupun saya sendiri sudah menjadi seorang deadliner sejak awal perkuliahan. Memang benar jika menjadi deadliner itu seperti orang yang suka menunda-nunda, dan hasilnya pasti tidak akan sebaik seperti orang yang sudah mengerjakan dari jauh-jauh hari. Namun, saya merasakan sendiri kalau menjelang akhir pengumpulan tugas, otak saya seperti terbuka dan mudah sekali menyerap informasi. Namun, teteap saja itu tidak baik, bukan?

1 Like

Tentu menjadi seorang deadliner adalah sesuatu yang tidak baik, kenapa? Karena itu menjadi salah satu pertanda kalau kita belum berhasil memanajemen waktu dengan baik, serta masih suka menunda-nunda pekerjaan, dan terkesan menganggap enteng pekerjaan tersebut. Walau kadang ada orang yang berkata, kita otomatis menjadi produktif ketika bekerja di ujung due time atau deadline, padahal mah kepepet saja makanya kerja cepat :rofl:

Ada beberapa dampak ketika kita menjadi seorang deadliner:

  1. Selama mengerjakan tugas di bawah tekanan waktu, kamu akan merasa terburu-buru dan khawatir. Kamu mungkin merasa takut akan dimarahi atau dihukum oleh dosen jika tidak berhasil menyelesaikan tugas tepat waktu. Perasaan takut inilah yang mengakibatkan otak menjadi bereaksi. Amigdala yang terletak di sisi temporal otak akan berkembang, sel-sel otak dapat terganggu, dan dapat berpotensi menimbulkan stress.

  2. Reaksi otak yang terjadi rupanya juga membawa dampak lain. Ketika mengerjakan tugas di bawah tekanan, sisi frontal otak akan mengalami penyusutan. Padahal, sisi frontal inilah yang mengatur kreativitas, mobilitas, dan memori seseorang. Jadi, peningkatan kreativitas yang dirasakan olehmu sebagai seorang deadliner pada dasarnya hanya merupakan sebuah delusi semata.

  3. Sebagian besar deadliner rela menghabiskan waktu semalam suntuk demi menyelesaikan tugasnya. Jika kamu merupakan bagian dari mereka, kamu patut berwaspada. Semua orang tahu bahwa waktu tidur yang kurang sangatlah berbahaya bagi kesehatan tubuh.

Yuk, pasti kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi dengan tidak menunda-nunda pekerjaan :smiley: (lowkey menampar diri sendiri)

1 Like

Saya pernah menjadi seorang deadliner. Terkadang ide mengalir begitu deras sehingga merasa bangga ketika mampu menyelesaikan tugas dalam tekanan waktu yang semakin menipis. Namun jika sudah merasa tidak mampu dan tertekan, maka seringkali saya akan mengerjakan dengan asal-asalan, asal selesai asal mengumpulkan sudah tidak peduli lagi. Saya sering menunda-nunda pekerjaan dan membuatnya menjadi menumpuk. Terlebih jika ada beberapa tugas yang memiliki tenggat waktu yang sama, maka siap-siap secangkir kopi untuk menemani waktu lembur yang berakhir dengan berkurangnya waktu tidur saya. Jangan lupakan hasil yang begitu-begitu saja, seperti tidak ada yang spesial dari hasil pekerjaan kebut semalam. Dari situ saya menyadari bahwa menjadi deadliner bukan hal yang memiliki pengaruh baik. Akhirnya saya memutuskan untuk mulai mendaftar apa saja tugas yang saya miliki dan kapan H-1 deadline tugas tersebut, karena target saya adalah untuk mengumpulkan tugas H-1 deadline. Saya mulai menerapkannya di semester dua kuliah dan saya merasa itu sangat membantu saya untuk memperoleh waktu istirahat lebih banyak.

1 Like

Saya setuju dengan pendapat bahwa deadliner merupakan sikap malas dan suka menunda-nunda, karena terkadang saya juga begitu. Tapi terkadang saya merasa jika menjadi deadliner membuat saya bisa berfikir cepat dan lebih bisa mendapatkan ide untuk mengerjakannya. Mungkin tidak semua deadliner ada pribadi yang malas, bisa jadi ia terbiasa mengerjakan seperti dan kinerjanya tetap sebagus mengerjakan dari jauh-jauh hari. Menurut saya asalkan pekerjaan tersebut dikerjaan dengan maksimal dan dikerjakan dengan baik, menjadi deadliner pun tidak masalah.

1 Like

aku tipe yang tidak ingin deadliner tapi sebernarnya hmm
tapi kalau boleh jujur, inspirasi terbaik emang muncul di 30menit deadline hehehe.

Untuk sekarang mencoba buat, ada tugas kerjain dan nyantai. Capek banget jadi deadliner hiks.

1 Like

menjadi deadliner merupakan suatu tindakan yang buruk, karena kita tidak bisa membagi waktu kita atau kita sering menunda-nunda pekerjaan kita. misal kita diberi deadline 1 minggu pasti akam malas kalau mengerjakan di awal karena dalam pikirankita 1 minggu masih lama baru jika sudah 1 hari atau beberapa jam kita akan menjadi panik dan tergesa-gesa mengerjakannya, namun ada juga yang bisa memberikan hasil bagus meski deadline, tapi tetap saja itu perilaku buruk.

1 Like

Menurut pengalaman pribadi saya, memang benar ketika kita mengerjakan sesuatu mepet, entah mengapa otak menjadi sangat kreatif dan bisa bekerja dengan sangat lancar, berbeda ketika kita mengerjakan sesuatu tanpa ada tekanan deadline. Namun, setelah saya pelajari lebih lagi, saya merasa hasil yang saya berikan ketika mengerjakan sesuatu secara deadliner, tidak maksimal. Mungkin big ideanya bisa menjadi sangat luar biasa, namun ketika masuk ke hal-hal detail, saya merasa tidak puas dengan hasilnya karena tidak punya waktu tambahan untuk mengecek ulang. Selain itu, ketika bekerja di bawah tekanan, rasa stress yang saya rasakan menjadi terasa 3x lipat.

Menjadi deadliner sendiri menurut saya merupakan tanda bahwa diri saya sendiri belum mampu mengatur waktu dengan baik. Jujur saja, lebih menyenangkan jika menyelesaikan tugas jauh-jauh hari sebelum tenggat waktu agar dapat dicek ulang sebelum benar-benar dikumpulkan.

1 Like

Menurut saya menjadi seorang deadliner adalah kebiasaan yang buruk. karena jika kita mengerjakannya mepet mendekati deadline, kita tidak tahu kejadian atau hal yang tidak terduga apa yang akan terjadi nanti, entah seperti mati listrik, laptop yang tiba-tiba lemot, internet yang tiba-tiba lola (loading lama) saat detik-detik deadline, dan hal yang tak terduga lainnya. pokoknya menjadi deadliner itu sangat berisiko. lebih baik kita mengerjakannya dari jauh hari/deadline. selain kita dapat mempersiapkannya dengan baik dan maksimal (well prepared), kita juga mengerjakannya tidak terburu-buru karena dikejar deadline. dan saya yakin, kalau mengerjakannya tidak mendekati deadline kita pasti mendapatkan nilai yang lebih baik daripada menjadi deadliner.

1 Like

Menurut saya sendiri menjadi deadliner itu sangat buruk, karena deadliner disebabkan oleh sikap yang selalu menunda-nunda pekerjaan, meskipun ada yang bilang jika ia mengerjakan tugas diwaktu yang hampir mepet dengan waktu tenggat atau Deadline dia akan lebih menjadi fokus, dan memiliki ide ide yang kreatif. Namun hal itu dapat memicu masalah lainnya yaitu akan muncul kelelahan karena terlalu over bekerja, Stress, kurang tidur, dan mungkin gangguan kesehatan juga bisa muncul.

Oleh karena itu menurut saya lebih baik membiasakan dengan menyicil pekerjaan, karena pikiran akan lebih tenang dan mebuat kita memiliki waktu berpikir yang lebih lama sehingga ketika kurang yakin dengan konsep yang sudah dibuat dapat memikirkan dan mengubah ke konsep yang lain. Tentunya hal itu membuat hasil tugas itu menjadi lebih maksimal.

1 Like

menurut saya pribadi menjadi seorang deadliner ada kekurangna dan kelebihannya.
kelebihannya adalah saya merasa lebih bertanggung jawab dalam tugas saya, dan tak jarang karena sudah dipepet waktu saya merasa lebih maksimal mengerjakannya karena sebelum mengerjakannya saya jauh-jauh hari membaca referensi.
namun, jika dilirik dari kekurangan nya ini merupakan hal yang buruk, sebab tidak bisa mengatur waktu, manajemen waktu saya menjadi buruk dan bisa saja ketika hendak mengerjakan tugas yang sudah mendekati deadline saya mengalami berbagai masalah, ntah itu laptop rusak, jaringan internet yang tidak stabil, ataupun sudah datangnya tugas baru.
sehingga menurut saya, sebisa mungkin membiasakan mengerjakan tugas diawal itu lebih baik, tetapi jika belum yakin untuk dikumpul maka tunggu saja tenggat waktunya jadi masih bisa di periksa atau dikoreksi lagi.

1 Like