Silent Treatment: Baik atau Buruk?

Silent treatment adalah sikap ketika seseorang lebih memilih untuk diam dan mengabaikan orang yang sedang berkonflik dengannya. Perilaku ini bukan termasuk sikap yang dilakukan sementara untuk menenangkan diri dan meredam emosi, namun dalam jangka waktu yang panjang, misalnya dalam berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
Lalu, pakah silent treatment ini akan membantu menyelesaikan masalah atau hanya akan memperpanjang masalah yang ada?

Singkatnya, silent treatment adalah suatu sikap di mana seseorang lebih memilih untuk diam, dan mengabaikan orang yang dianggap berbuat salah. Mereka cenderung tidak mau diajak berbicara, bahkan menolak untuk sekadar melihatnya.

Namun perlu diingat, silent treatment berbeda dengan menunda pembicaraan.Silent treatment merujuk pada seseorang yang menolak membahas suatu masalah, baik sekarang maupun nanti, serta lebih memilih diam seribu bahasa dan mengabaikan masalah tersebut.Menurut saya, silent treatment bisa membawa sebuah hubungan menjadi tidak sehat, alias toxic relationship.

Diam tak selamanya emas. Untuk menyelesaikan suatu permasalahan, diam bukanlah solusi yang terbaik.

Tau kan kunci suatu hubungan dengan orang lain yang sehat itu apa? Ya, komunikasi dua arah yg baik dan benar. Menurut ku juga, seseorang yg diberikan silent treatment nantinya jadi merasa trauma dan lebih sensitif. Entah dengan sama siapapun itu ketika dia merasa didiamkan, dia akan ngerasa kalau dia melakukan kesalahan.

Lagi juga guna silent treatment itu apa? Ingin menyuarakan bahwa kita lelah dengan tingkah mereka yang begitu2 saja dan gak pernah berubah? Yaudah, ambil langkah tegas.

ini beberapa kalimat yang aku temukan yang sangat tepat untuk memberikan tanggapan masalah silent treatment ini.

Menurut saya buruk. Karena akan semakin memperparah hubungan. Cara menyelesaikan konflik kan dengan kita berkomunikasi satu sama lain untuk mengetahui problem yang dirasakan serta mencari jalan keluar bersama. Sedangkan kalau salah satu pihak melakukan silent treatment, maka pihak yang lain akan merasa cemas dan kesulitan untuk menyelesaikan masalah. Tanpa adanya itikad baik antar kedua belah pihak, perselisihan pun tidak akan kunjung selesai.

Terkadang, diam mungkin merupakan hal terbaik untuk menghindari mengatakan hal-hal yang nantinya akan disesali individu. Orang mungkin juga menggunakannya di saat-saat di mana mereka tidak tahu bagaimana mengekspresikan diri atau merasa kewalahan. Tetapi beberapa orang menggunakan silent statement sebagai alat untuk mengerahkan kekuasaan atas seseorang atau menciptakan jarak emosional. Jika individu menerima perlakuan semacam ini, individu mungkin merasa benar-benar dikucilkan. Penelitian menunjukkan bahwa sering merasa dikucilkan dapat mengurangi harga diri dan rasa memiliki. Efek ini mungkin akan lebih terasa intens jika dilakukan oleh seseorang yang dekat dengan individu sebagai bentuk hukuman (Pietrangelo, 2019).

Sumber

Pietrangelo, A. (2019, April 30). Silent Treatment: How to Respond to It and When It Becomes Abuse. Silent Treatment: How to Respond to It and When It Becomes Abuse

Pepatah mengatakan bahwa diam adalah emas. Mungkin pepatah tersebut mengartikan bahwa lebih baik diam dalam sebuah pertikaian daripada melontarkan kata-kata yang dapat membuat orang lain sakit hati. Hal tersebut tentu baik, namun jika mendiamkan seseorang dalam jangka waktu yang lama maka tentunya hal itu akan berdampak buruk bagi hubungan keduanya. Hal ini karena, pertengkaran yang berujung mendiamkan diri satu sama lain secara terus menerus atau yang disebut dengan istilah silent treatment, tidak akan membuat kedua belah pihak mengerti atas permasalahan yang sedang terjadi. Bersikap diam untuk sementara waktu guna menenangkan diri mungkin tidak masalah, namun jika hal itu terjadi terus menerus maka akan semakin memperkeruh suasana.

Dalam menghadapi sebuah pertikaian, mungkin sebagian orang membutuhkan waktu untuk introspeksi diri. Namun, tentukan kapan jeda waktu tersebut akan berakhir. Sebab mendiamkan seseorang dalam jangka waktu yang lama pun termasuk salah satu bentuk tidak menghargai orang lain. Selain itu, silent treatment juga dapat memperkeruh pemikiran kedua belah pihak karena akan menerka-nerka apa yang ada di pikiran masing-masing. Untuk itu, jika dirasa sudah cukup memiliki waktu jeda, maka usahakan untuk melakukan komunikasi apa yang sebetulnya terjadi dan ungkapkan dengan jujur. Dengan begitu, permasalahn yang dihadapi dapat terselesaikan dengan baik.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa silent treatment dalam jangka waktu yang lama tidak akan membantu seseorang dalam menyelesaikan masalah. Hal tersebut malah akan memperkeruh masalah yang ada.

Sumber

https://journal.sociolla.com/lifestyle/jangan-jadikan-silent-treatment-sebagai-kebiasaan/

1 Like

Menurut pendant pribadi saya, diam tak selamanya emas. Untuk menyelesaikan suatu permasalahan, diam bukanlah solusi yang terbaik melainkan hanya akan memperpanjang masalah yang sedang kita hadapai. Silent treatment merujuk pada seseorang yang menolak membahas suatu masalah, baik sekarang maupun nanti, serta lebih memilih diam seribu bahasa dan mengabaikan masalah tersebut. Dikutip dari berbagai sumber terpercaya, berikut ini beberapa dampak negatif silent treatment yang berbahaya dalam sebuah hubungan:

  1. Menyakiti mental pasangan
    Saat pasangan berbuat kesalahan, dan kita memilih untuk melakukan silent treatment, mungkin sekilas terlihat jika langkah ini benar. Bahkan, kita mengira ini sebagai salah satu cara memberi pasangan ‘pelajaran’ atas kesalahannya. Namun alih-alih bisa membuat pasangan kapok, langkah ini justru menyakiti mental pasangan kita. Diabaikan membuat pasangan merasa lemah, terisolasi, dan ditolak. Bukan enggak mungkin jika pasangan overthinking, dan berujung pada masalah mental.
  2. Tidak menyelesaikan masalah
    Memilih mode abai dan diam saat ada masalah bukan membuat pasangan sadar. Hal ini justru menambah kesalahpahaman satu sama lain. Silent treatment justru menambah drama, dan bikin masalah semakin tak terselesaikan. Sebab, inti dari penyelesaian masalah adalah komunikasi dan solusi. Jadi, berdiam diri adalah sikap yang kurang tepat.
  3. Menghancurkan hubungan
    Silent treatment punya dampak buruk dalam sebuah hubungan. Mendiamkan pasangan mungkin bertujuan meredam konflik, padahal hal ini justru menyalakan bom waktu.cTerlalu sering melakukan mode “sunyi” akan membuat pasangan kehilangan rasa cinta dan keintiman. Jika tidak segera dihentikan, bikin pasangan jenuh. Bukan tidak mungkin mereka memilih pergi karena merasa dicuekin.
Summary

Silent Treatment: Diam yang Berujung Toxic Relationship - Berkeluarga

Kita pasti pernah sesekali bertengkar dengan pasangan, mulai dari hal yang sepele hingga hal-hal yang cukup serius. Namun, pernahkah pasangan kita memilih untuk tidak berbicara dan menghiraukan keberadaanmu saat sedang bertengkar? Ia mendengar apa yang kita bicarakan namun memilih untuk acuh dan sibuk melakukan kegiatannya sendiri. Tindakan seperti ini adalah bentuk dari silent treatment , dan jelas tindakan ini sangat menyebalkan dan tidak dewasa.

Tindakan ini juga bisa pada hampir semua jenis hubungan. Entah itu antara ibu dan anak, sesama rekan kerja, atau dalam pertemanan. Tindakan ini bisa menjadi reaksi cepat terhadap situasi di mana seseorang merasa marah, frustrasi, atau terlalu kewalahan untuk menghadapi suatu masalah.

Ada beberapa alasan orang melakukan tindakan silent treatment, antara lain:

  • Menghindarkan Diri . Pada beberapa kasus, orang tetap diam dalam percakapan karena mereka tidak tahu harus berkata apa atau ingin menghindari konflik.
  • Cara Berkomunikasi . Seseorang bisa menggunakan tindakan ini jika mereka tidak tahu bagaimana mengekspresikan perasaan mereka tetapi ingin pasangannya tahu bahwa mereka kesal.
  • Hukuman. Jika seseorang menggunakan silent treatment untuk menghukum seseorang atau melakukan kontrol atau kekuasaan atas mereka, ini adalah bentuk pelecehan emosional.

Pada kebanyakan kasus, melakukan tindakan ini untuk menyelesaikan konflik bukanlah cara terbaik untuk dilakukan. Pasalnya, tindakan ini malah bisa membuat salah satu pihak jadi tidak memiliki kemauan untuk menyelesaikan konflik dengan cara yang benar. Ketika seseorang ingin membicarakan masalah tetapi yang lain menarik diri, ini dapat menyebabkan emosi negatif seperti kemarahan .

Oleh karena itu, silent treatment dapat berdampak pada kesehatan suatu hubungan, bahkan jika orang yang diam tersebut sebenarnya hanya berusaha menghindari konflik. Untuk menghindarinya, komunikasi yang jelas adalah hal yang penting agar hubungan tetap sehat.