Seperti apa Quality Function Deployment pada teknik prioritas pengembangan produk?

waterfall-relationship-qfd-matrices-figure-lg

Quality function deployment (QFD) adalah metode yang dikembangkan di Jepang mulai tahun 1966 untuk membantu mengubah Voice of Customer [VOC] menjadi karakteristik rekayasa untuk suatu produk

  1. Membentuk tim
    Tim proyek dibentuk berdasarkan sifat proyek yang akan ditangani. Untuk proses
    pengembangan produk lama tim terdiri dari personil pemasaran, rekayasa, kualitas, dan produksi. Sedangkan untuk pengembangan produk baru, tim terdiri dari personil riset dan pengembangan.

  2. Menyusun prosedur pemantauan
    Tiga hal yang perlu dilakukan dalam rangka pemantauan :
     Apa yang akan dipantau?
     Bagaimana memantaunya?
     Berapa kali frekuensi pemantauannya?

  3. Memilih proyek
    Melalui tahap pengumpalan data, analisis dan evaluasi data, penentuan obyek, dan pelaksanaan.

  4. Menyelenggarakan pertemuan tim
    Untuk menjelaskan misi tim, peran masing-masing personil, dan parameter yang harus dicapai tim.

  5. Melatih tim
    Tim dilatih untuk memahami cara kerja QFD.

  6. Mengembangkan matrix-matrix
    Jika tim sudah memahami QFD maka langkah selanjutnya adalah mengembangkan matrix-matrix QFD.
    Sebelum memulai untuk menentukan memproduksi suatu barang/jasa yang dapat
    memenuhi kebutuhan konsumen, maka perlu dilakukan riset dengan cara
    mengidentifikasikan kemauan konsumen dan pengaruh-pengaruh eksternal berupa pesaing yang telah ada sebelumnya dan kemungkinan pesaing yang akan datang. Proses QFD melibatkan satu atau lebih matrix yang disebut “Quality Tables”
    Menurut Cohen (1992) tahap-tahap dalam menyusun home of quality adalah sebagai berikut:

  • Tahap I: Matrik Kebutuhan Pelanggan, Tahap ini meliputi:
     Memutuskan siapa pelanggan
     Mengumpulkan data kualitatif berupa keinginan dan kebutuhan konsumen
     Menyusun keinginan dan kebutuhan tersebut
     Pembuatan diagram afinitas

  • Tahap II :Matrik Perencanaan
    Tahap ini bertujuan untuk mengukur kebutuhan-kebutuhan pelanggan dan menetapkan tujuan-tujuan performansi kepuasan.

  • Tahap III: Respon Teknis
    Pada tahap ini dilakukan transformasi dari kebutuhan-kebutuhan konsumen yang
    bersifat non teknis menjadi data yang besifat teknis guna memenuhi kebutuhan-
    kebutuhan tersebut.

  • Tahap IV :Menentukan Hubungan Respon Teknis dengan Kebutuhan Konsumen
    Tahap ini menentukan seberapa kuat hubungan antara respon teknis (tahap 3) dengan kebutuhan-kebutuhan pelanggan (tahap 1).

  • Tahap V :Korelasi Teknis
    Tahap ini memetakan hubungan dan kepentingan antara karakterisitik kualitas
    pengganti atau respon teknis. Sehingga dapat dilihat apabila suatu respon teknis yang satu dipengaruhi atau mempengaruhi respon teknis lainnya dalam proses produksi, dan dapat diusahakan agar tidak terjadi bottleneck.

  • Tahap IV :Benchmarking dan Penetapan Target
    Pada tahap ini perusahaan perlu menentukan respon teknis mana yang ingin
    dikonsentrasikan dan bagaimana jika dibandingkan oleh produk sejenis

Referensi

http://www.public.iastate.edu/~vardeman/IE361/s00mini/chen.htm