Perlukah Stoicisme Diterapkan Dalam Kehidupan Kita?

stoicisme

Stoicisme merupakan filosofi hidup dengan prinsip memaksimalkan emosi positif, mengurangi emosi negatif dan membantu kita untuk mengembangkan karakter baik dalam diri kita. Stoicisme dirancang untuk membantu kita menjalani hidup dengan versi diri kita yang terbaik. Stoicisme mengingatkan kita mengenai hal yang benar-benar penting dalam kehidupan kita dan juga memberikan strategi agar kita bisa meraih banyak hal berharga dalam hidup.

Stoicisme berasal dari Yunani kuno dan Roma pada awal abad ke-3 SM. Pada saat iti, perhatian utama orang-orang adalah untuk menghindar dari perjalanan kehidupan yang tidak menguntungkan. Mereka cenderung mengatur pikiran, keputusan, dan perilaku mereka untuk meningkatkan kepuasan hidup. Nilai dan prinsip tersebut telah dicoba dan diuji dalam banyak sejarah manusia oleh George Washington, Thomas Jefferson, Arianna Huffington, Tom Brady, Tim Ferriss, dan masih banyak lagi.

Beberapa cara untuk mempraktikkan sikap stoicisme ini yaitu dengan membedakan hal-hal yang dapat kita lakukan dan hal-hal yang tidak dapat kita lakukan, latih premeditation malorum, bersyukur untuk segalanya, berlatih kemalangan atau meluangkan waktu untu mempraktikkan hal buruk seperti tidak makan dan tidak menyentuh kemewahan, fokus pada sesuatu yang lebih besar dari diri kita sendiri, dan lain-lainnya

Menurut Youdics, perlukah menerapkan stoicism pada kehidupan kita? Apa kamu berminat untuk menerapkannya?

Referensi

21 Stoic Life Hacks For #Stoicweek | Thought Catalog
What is a Stoic | Stoicism Meaning | Stoic Philosophy | Stoicism Beliefs | Holstee

1 Like

Yups, kita harus menerapkan stoicisme dalam hidup kita. Filosofi hidup ini perlu kita terapkan karena pastinya dapat membawa diri kita mejadi pribadi yang jauh lebih baik lagi. Dengan menerapkan stoicisme di kehidupan sehari-hari, kita belajar untuk mengambil langkah simple dalam menghadapi masalah. Kendalikan apa yang bisa kita kendalikan, maksimalkan potensi diri kita, dan ikuti intuisi kita. Percaya seutuhnya pada diri kita sendiri dan selalu tanamkan rasa syukur. Dengan paham ini aku percaya bahwa kita bisa jauh lebih bahagia dan tenang dalam menjalani hidup. Jadi aku sangat berminat untuk menerapkannya dan pastinya kita semua perlu untuk menerapkan stoicisme dalam kehidupan kita sehari-hari.

Tentu saja perlu. Terdapat nilai-nilai dan pemikiran universal dari stoikisme yang dapat secara praktis dilakukan dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Apapun latar belakang pendidikan, pekerjaan, atau status sosial ekonomi, pemikiran stoikisme dapat dijadikan sebagai tambahan “amunisi” mental menghadapi segala tantangan hidup.

  1. Berhenti Mengkhawatirkan Semua yang Tidak Bisa Dikendalikan
    Terus menerus terpikir mengenai apa kata tetangga ketika belum bisa membeli kendaraan, cemas kondisi cuaca yang tidak menentu padahal sudah merencanakan pesta pernikahan dengan konsep outdoor, dan segala macam kekhawatiran lainnya. Ada sebuah quote menarik dari Epictetus yaitu “Satu-satunya jalan untuk bahagia adalah dengan berhenti mengkhawatirkan segala hal yang berada di luar jangkauan kita.” Epictetus adalah seorang budak di era Romawi. Ide dasar Stoikisme adalah kita tidak bisa mengendalikan dunia yang ada di sekeliling kita, namun kita bisa mengendalikan bagaimana cara kita bereaksi terhadap dunia. Ibarat seorang pelaut, pelaut mungkin tidak bisa mengendalikan badai, namun pelaut bisa mengendalikan arah layar dari kapalnya untuk menembus badai. Hal-hal tersebut bisa jadi adalah masa lalu, keturunan, semua hal-hal eksternal, waktu, usia, kematian, kondisi alam, dan lain sebagainya. Percayalah jika terus menerus menghabiskan tenaga dan pikiran untuk mengendalikan hal-hal di luar diri, pada akhirnya hanya akan membuat lelah.

  2. Fokuslah Kepada Hal yang Bisa dikendalikan
    fokuslah kepada segala hal yang masih ada di dalam kendali. Dalam karya bukunya berjudul Meditations, Marcus Aurelius pernah mengatakan seperti ini; “Anda memiliki kekuatan mengendalikan pikiran Anda sendiri, bukan pada peristiwa di luar diri Anda. Sadarilah hal ini, karena di saat Anda berhasil menyadarinya, Anda akan menemukan kekuatan.” Filosofi Stoikisme meyakini bahwa ada dua hal yang sepenuhnya ada di dalam kendali, yaitu pikiran dan tindakan. Mustahil mengendalikan atau memperkirakan apa saja peristiwa yang akan menimpa kedepannya, namun ada jalan yang bisa dipilih tentang bagaimana cara pandang terhadap peristiwa itu.

  3. Hargai Waktu Sebaik Mungkin
    Dalam hal mempelajari Stoikisme, semua dituntut akan memiliki pola pikir baru mengenai waktu yang dipunya. Karena dalam filosofi Stoikisme, waktu adalah sumber daya yang paling berharga. “Berhenti menjalani hidup bagaikan Anda masih memiliki waktu bertahun-tahun lamanya untuk hidup. Kematian bisa datang kapan saja. Karena itu ketika Anda masih hidup jadilah orang baik.” -Marcus Aurelius. Jangan biarkan penyesalan datang di kemudian hari, karena waktu tidak akan kembali.

Jujur aku baru mengetahui adanya filosofi hidup Stoicisme ini. Jika membaca dari pengertiannya, sangat perlu untuk kita menerapkan prinsip ini dalam menjalankan kehidupan saat ini. Banyaknya pengaruh negatif serta tekanan dari berbagai arah mengharuskan kita memiliki mental yang kuat untuk bertahan dalam situasi seperti itu.

dan pernyataan diatas sangat membantu kita dalam mempertahankan kekuatan mental yang kita mikili. Sebab semakin kita berusaha dan selalu memaksimalkan diri untuk menyerap segala kepositif-an hidup, maka kehidupan yang kita jalani un akan semakin terasa aman dan tenang. Serta dengan menerapkan sikap stoicisme dalam menjalani kehidupan, kita akan difokuskan untuk lebih peduli pada diri sendiri, akan terus menggali potensi yang ada didalam diri sendiri, serta dapat mengantisipasi hal hal yang akan merugikan atau hal hal yang membahayakan bagi kita.

Untuk saya filosofi ini bisa diterapkan. Ada banyak hal penting yang diajarkan untuk mencapai hidup yang lebih damai. Yaitu intinya kita bisa membedakan hal yang dapat kita kontrol dan hal yang tidak bisa kontrol. Untuk yang kita kontrol semaksimal mungkin kita mengontrolnya. Dan yang tidak bisa kita kontrol kita bisa memakluminya karena memang tidak bisa kita kontrol.

Sehingga ketika kita menghadapi masalah kita akan lebih kearah instropeksi diri daripada menyalahkan hal eksternal. Karena kita tau hal eksternal itu tidak bisa kontrol. Dan menurut saya filosofi ini sangat mendamaikan dan membuat orang bisa membuka matanya untuk bisa aware terhadap dirinya, dan selalu instropeksi diri.

Menurutku perlu, khususnya di era yang serba digital ini dimana kita dapat memperoleh dengan mudah segala informasi yang ingin kita ketahui melalui sosial media. Tanpa kita sadari, bahwa dampak positif dari perkembangan teknologi ini juga diikuti oleh dampak negative. Setiap kali kita melihat apa yang dilakukan orang lain seringkali merasa cemas, khawatir, bahkan merasa worthless. Hal ini terjadi karena kita kurang dalam mengendalikan dan membatasi diri kita terhadap pengaruh atau efek dari perkembangan teknologi tersebut. Untuk itu, kita perlu melakukan control terhadap diri kita sendiri guna memiliki hidup yang tentram, damai dan juga memperoleh kebahagiaan.

Dalam hal ini, filosofi Stoikisme dirasa penting untuk kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dilansir dari Medium, filosofi tersebut menegaskan bahwa kesabaran (seperti kebijaksanaan), toleransi dan control merupakan sebuah kebahagiaan. Jika kita tidak dapat mengendalikan diri, maka kita akan kehilangan rasa beryukur atas apa yang kita miliki. Sehingga, daripada terus mengejar dan membayangkan pencapaian atau kebhagiaan orang lain, lebih baik kita mencoba untuk fokus dalam mengembangkan kualitas diri sendiri dalam mengejakan 4 kebijakan utama seperti kebijaksanaan (wisdom), kesederhanaan (temperance), keadilan (justice), dan keberanian (Courage).

Salah satu cara yang dapat kita lakukan untuk menerapkan filosofi stoikisme adalah mengabaikan apa yang orang lain kerjakan. Cara tersebut pernah aku lakukan dan hasilnya sangat membantu. Jadi, prinsipku saat itu adalah jangan terlalu fokus pada pencapaian orang lain namun fokuslah pada apa yang sedang aku jalani atau tekuni. Sebab jika aku terus melihat pencapaian orang lain maka secara tidak langsung kita akan terus membandingkan diri sendiri dengan orang lain, yang mana hal tersebut tentu tidak baik. Namun, bukan berarti membandingkan diri terhadap orang lain melulu berdampak buruk, karena hal tersebut juga dapat menjadi motivasi untuk diri sendiri. Tetapi perlu ditegaskan kembali bahwa kita perlu membatasinya, jangan sampai hal tersebut dapat menjadi penghambat kita untuk berkembang karena merasa tidak percaya diri.

Sumber

Ridha, Rizki Rahmat. 2020. 4 Tips Untuk Menerapkan Stoikisme di Dalam Kehidupan Seorang Desainer. Diakses pada tanggal 27 Agustus 2021, pukul 12.35

Yash, perlu banget. Aku salah satu yang sudah menerapkan stoic dari satu tahun lalu. Dan aku merasa ada perubahan besar dalam diriku, terutama dalam pengendalian emosi. Dulu aku gampang marah, gampang kesinggung dan gampang stress kalo menemui sesuatu yang diluar ekpektasiku. Tapi kemudian, pas di toko buku aku menemukan buku yang menurutku menarik di baca, karya om Henry Manampiring judulnya Filososfi Teras. Nah, semenjak aku baca dan mempraktekkan ‘teori’ yang ada, aku baru merasakan hidup yang benar-benar damai, aku jadi paham bahwa segala sesuatu di dunia ini ada yang namanya Dikotomi Kendali, ada yang bisa kita kendalikan dan ada yang diluar kendali. Nah, kita dituntut untuk memberikan more effort untuk sesuatu yang ada dikendali kita, misalnya jika tidak ingin sakit (hal diluar kendali) ya berarti kita berusaha gimana caranya agar tetap sehat dan bugar, atau misalnya di jalan terjebak macet, daripada mengumpat, mending energinya dipake buat baca buku aja, lumayan kan, nambah ilmu juga daripada buang-buang enegri untuk sesuatu yang ngga jelas sumbernya. Bahkan di stoic juga mengajarkan kita Premeditatio Malorum , artinya tanamkan mindset kita bahwa apa yang akan terjadi di depan akan tidak sesuai dengan ekpektasi kita, sesederhana bangun pagi kita sudah berbicara dengan diri sendiri “oke hari ini aku akan menemui orang-orang menyebalkan, entah sein kiri belok kanan, atau langsung gas klakson meskipun warna hijau lampu apil baru saja nyala” Nah, tujuannya adalah agar ketika kita benar-benar menemui peristiwa itu, kita udah siap, ngga bikin stress dan ngga bikin kita mengumpat terus.

Aku rasa anak-anak uda jaman sekarang harus sudah mulai mempraktekkan atau at least mengenal stoicism ini,karena ini bagus banget buat self improvment apalagi untuk emotional intellegence

Aku setuju banget kalo stoicisme dapat diterapkan dalam kehidupan kita. Mungkin orang banyak yang belum tau, terlebih ini merupakan bagian dari ilmu filsafat yang mana streotype filsafat adalah rumit, dan tak jarang dikatakan tidak percaya tuhan haha. Padahal ada banyak hal yang cocok dipakai untuk kehidupan sehari-hari. Nah salah satunya stoicisme ini. Aku baru mempelajarinya 1 minggu terakhir jadi belum sampai selesai. Yang aku tau, stoicisme ini merupakan aliran stoa yang relevan untuk melatihkan diri terhadap emosi-emosi buruk.

Di mata stoa, bahagia itu sederhananya adalah saat kita dapat terbebaskan dari emosi atau segala rasa perasaan yang mengganggu. Filsafat stoa ini dapat menolong kita untuk bebas dari hasrat eksesif. Sedangkan insight tajam kaum stoa memberi tahu kepada kita bahwa emosi negatif bukan “perasaan” liar bukan pula berupa “hal irasional” yang tidak bisa dijelaskan asal-usulnya. Dengan begitu penerapan stoicisme ini membuat kita lebih menggunakan nalar untuk menerima dan mengatasi emosi dalam diri kita ketimbang membiarkannya yang berujung pada hal yang malah memperburuk keadaan. Seperti marah-marah, rasa kesal yang berlebihan, iri hati dll

Sehingga ilmu ini bagiku relevan banget terutama kaum anak muda yang suka overthinking dan feel over lainnya yang suka ga jelas, ilmu ini ngajarin kita buat tau cara menghandle diri dengan baik.

Setuju sih saya jika kita perlu menerapkan stoicism tersebut dalam kehidupan kita, selalu bersyukur dan memaafkan diri sendiri dan orang lain agar hati dan pikiran kita menjadi tenang dan energi positif akan selalu kita hadirkan dalam diri kita.
Energi positif yang kita pancarkan juga sangat membantu dalam menjalani keseharian kita, arah tujuan hidup yang kita miliki akan menjadi sangat terlihat dan kita juga akan menjadi sangat bersemangat untuk mencapai tujuan tersebut.