Penyakit gusi berisiko tinggi terjadi pada pasien rematik

Bila Anda memiliki penyakit rematik, menjaga kebersihan mulut perlu Anda lakukan. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa pasien rematik memiliki risiko penyakit gusi lebih tinggi daripada orang yang tidak memiliki penyakit rematik. Mengapa demikian? Simak ulasannya berikut ini.

Dilansir dari WebMD, sebuah penelitian melakukan perbandingan gusi dan gigi dari 91 pasien rematik dan 93 orang tidak rematik. Pesertanya sebagian besar adalah wanita berusia awal 40 tahun, tidak merokok, dan tidak mengonsumsi obat rematik. Hasilnya, 65 persen orang dengan rematik memiliki penyakit gusi sedangkan hanya 28 persen orang tanpa rematik yang mengalami penyakit gusi.
Penyakit gusi dengan rematik sama-sama menyebabkan peradangan. Peradangan terjadi ketika sistem kekebalan tubuh merespon dan melindungi tubuh dari bakteri dan virus. Antibodi yang menjaga mulut dan bagian tubuh lainnya dari peradangan (ACPA) lebih tinggi pada orang dengan rematik.
Tingkat ACPA pada orang yang memiliki rematik sering kali tidak stabil, sebab sistem imunnya sering keliru mendeteksi adanya virus atau bakteri sehingga menyebabkan peradangan. Pemicu tingginya ACPA juga bisa disebabkan oleh pertumbuhan bakteri porphyromonas gingivalis, aggregatibacter actinomycetemcomitans, dan virus epstein-barr (EBV).
Penyakit gusi yang bisa terjadi akibat adanya rematik adalah sindrom sicca atau sindrom Sjorgen, yaitu penyakit autoimun kelenjar yang menyebabkan mulut kering dan kerusakan gigi serta periodontitis, yaitu penyakit yang menyebabkan terbentuknya kantung pada gusi yang dipenuhi oleh bakteri dan menyebabkan gigi terlepas dari gusinya.