Orang Tua yang Memposisikan Dirinya Seperti Teman bagi si Anak, Benar atau Salah Kah?

Untitled-26

Setiap orang tua pasti memiliki caranya sendiri dalam mendidik dan juga memberikan kasih sayang kepada anaknya. Salah satunya adalah ada yang memposisikan dirinya seperti teman bagi anak mereka. Tujuan melakukan hal tersebut adalah agar si anak merasa nyaman dan tidak merasa terkekang, lebih terbuka kepada orang tuanya, dan juga berharap agar hubungan menjadi lebih dekat satu sama lain. Dilihat dari sisi positifnya, dengan orang tua yang memposisikan dirinya sebagai teman bagi anaknya, si anak menjadi tidak sungkan untuk berbagi cerita dan bercanda dengan santai layaknya dengan teman bersama orang tuanya. Tetapi jika dilihat dari sisi lain, karena menganggap orang tua sebagai temannya, takutnya si anak akan bertindak seenaknya atau kurang respek kepada orang tuanya, atau bahkan si anak menjadi lupa memposisikan dirinya sebagai “anak”.

Nah menurut Youdics, bagaimana pendapatmu tentang hal ini? Benarkah sebagai orang tua harus memposisikan dirinya seperti teman bagi si anak, atau tidak?

Image Source

woman wearing white sweater carrying a daughter photo – Free Woman Image on Unsplash

1 Like

Terlepas dari benar atau salahnya, aku sendiri merasa akan lebih baik bila orang tua juga sekaligus menjadi teman bagi anak. Seperti yang dikatakan kak @najmafa, hal ini dapat membuat anak lebih terbuka dan hubungan orang tua-anak juga akan lebih dekat.
Aku sendiri merasa “kehangatan” dalam suatu keluarga sangat penting dalam menjaga harmonisnya suasana. Kedekatan orang tua dengan anak juga dapat membantu mengembangkan diri anak dengan lebih baik, karena kepribadian dan keseharian si anak sudah dikenali.
Perihal kurang respeknya anak terhadap orang tua yang friendly. Aku pikir seringkali itu adalah bentuk dari hubungan timbal-balik kedekatan dalam keluarga. Tapi,tetap saja ada batasan antara menunjukkan kedekatan dengan perilaku membangkang.
Namun, perihal menghormati orang tua yang friendly. Aku beranggapan bahwa sebenarnya anak justru sangat menghormatinya.
Mengapa?
Cukup sulit untuk menilai tingkat kehormatan beberapa anak saja terhadap satu orang tua. Jadi, mari coba kita bandingkan dengan orang tua kita di sekolah yang memiliki banyak anak didik. Dari pengalaman saya sendiri para guru yang friendly cenderung lebih disukai dan kehadirannya lebih dihargai. Dampaknya, siswa pun lebih tertarik dan aktif mengikuti pelajaran Sang Guru Favorit.
Sebaliknya, sosok guru yang tegas dan hanya mengacu pada nilai siswanya alih-alih pada kepribadian siswanya, mungkin akan diberikan perlakuan baik. Namun, di belakangnya siswa akan jauh dari kata menghargai. Tidak sedikit akan sering mencibir. Yang berani justru dapat membangkan dan mengusili.
Begitu pula dengan orang tua. Di dalam hatinya tentu si anak akan lebih menghargai orangtua yang selalu dekat dengannya. Menurut aku juga, ini juga baik bagi orang tua. Karena setelah usianya kian menua, mereka bisa membicarakan lebih banyak hal dengan anak-anaknya di waktu senggang. Berbeda jika hubungan mereka jauh, tentu ada perasaan canggung dan bingung dengan pembahasan wajar apa yang harus diutarakan.
Tapi,
Perlu diingat kembali bahwa “kepribadian orang berbeda-beda”. Jadi ada baiknya mengenali anak sedini mungkin, sebelum memilih pola parenting.
cmiiw

1 Like

Menurutku tidak ada yang salah dari orang tua yang memilih untuk memposisikan dirinya sebagai teman dalam proses parenting. seperti yang sudah di jelaskan oleh kak @najmafa orang tua yang memposisikan dirinya sebagai teman itu membuat anak menjadi lebih terbuka, meminimalisir kebohongan-kebohongan yang biasa terjadi di hubungan orang tua dan anak, dan tentunya membuat anak menjadi lebih nyaman untuk melakukan apapun bersama orang tuanya.

Menurutku, sisi positif yang didapat dari menjadi orang tua yang memposisikan dirinya sebagai teman lebih banyak daripada sisi negatifnya. Kesehatan mental terjamin jika kondisi rumah mendukungnya tumbuh dengan pengaruh positif yang ia dapatkan dari orang tuanya. Tapi jika membahas mengenai sisi negatifnya ya bisa jadi anak akan tumbuh menjadi anak yang kurang bisa menghormati orang tuanya karena terlalu nyaman dan menganggap orang tuanya sebagai teman, tapi hal tersebut bisa diantisipasi sebelumnya jika orang tua memberikan batasan tegas dalam proses mendidik anaknya, dengan memberi arahan atau peraturan bahwa orang tua ya tetap orang tua yang perlu dihormati, sedekat apapun orang tua dengan anak, tapi seorang anak wajib menghormati orang tuanya dan tidak melewati batas wajar dari hubungan orang tua dan anak.

1 Like

Berdasarkan pengalaman yang pernah aku alami dan yang ada di sekitarku, beberapa temanku yang memiliki orang tua yang memposisikan dirinya seperti teman, si anak tidak sungkan untuk menggunakan kata-kata yang biasanya ia gunakan seperti layaknya kepada teman. Sedikit contoh adalah ketika ia sedang bersama temannya, dan orang tuanya ada di sekitarnya, dia tidak sungkan meminta orang tuanya untuk pergi meninggalkan dengan mengucapkan “udah ah sana maa pergi, ganggu aja” atau “ ih mama/papa kepo banget” atau juga menggunakan bahasan “lo” “gue” kepada orang tuanya. Jika seperti ini kasusnya, bagaimana pendapatmu tentang hal ini? Apakah hal tersebut lumrah, atau tidak?

Benar atau tidak menurutku orang tua dapat menyesuaikannya sesuai dengan kondisi si anak tersebut. Karena ada saatnya si anak membutuhkan teman cerita, dan ada saatnya pula si anak perlu diberikan arahan serta bimbingan dari orang tuanya. Namun yang aku perhatikan, masih sangat jarang orang tua yang mampu memposisikan dirinya sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh anaknya. Bahkan masih banyak orang tua saat ini yang mengekang anaknya, sehingga tidak jarang anak merasa tertekan dan berdampak buruk bagi kesehatan mentalnya hingga mereka tidak merasakan kenyamanan untuk tinggal di rumah.

Oleh sebab itu, menurutku orang tua sangat perlu memahami hal tersebut dan memperhatikan apa yang sebetulnya dibutuhkan oleh anak. Berdasarkan apa yang aku amati, sebagian besar teman-temanku termasuk aku pribadi lebih nyaman dan senang untuk bercerita kepada teman sendiri dibandingkan dengan orang tua, khususnya terkait asmara, masalah yang sedang dihadapi, dan banyak hal lainnya. Hal ini karena, mereka dapat diajak untuk melawan kesepian, bisa saling mengerti, saling berbagi, dan juga saling melengkapi. Sebab dalam sebuah pertemanan selalu ada kepercayaan, kebersamaan, kepedulian, dan kedekatan hubungan.

Dengan demikian, menurutku ada baiknya jika orang tua juga dapat menjadi seorang teman bagi si anak. Hal ini karena dapat membuat anak menjadi lebih terbuka, memiliki komunikasi yang lancer, mendapatkan kepercayaan dari anak dan dapat meningkatkan keeratan hubungan antara orang tua dan anak. Kemudian, terkait sisi negative yang dijelaskan pada deskripsi di atas menurutku jika hal tersebut terjadi mungkin dapat diatasi dengan membicarakannya dengan baik. Sebab biasanya jika seorang anak sudah menganggap orang tuanya sebagai teman, maka anak akan lebih mudah untuk diarahkan oleh orang tuanya.

Sumber

Takariawan, Cahyadi. 2015. “Smart Parenting: Menjadi Sahabat bagi Anak”, Smart Parenting: Menjadi Sahabat bagi Anak - Kompasiana.com, diakses pada 19 Agustus 2021 pukul 12.00

Manusia sebagai makhluk sosial pasti sangat memerlukan lingkungan untuk mengekspresikan kebutuhan sosial dalam dirinya. Oleh karena itu, manusia tidak akan dapat bertahan hidup jika merasakan kesepian. Menurutku sah-sah saja jika orang tua memilih untuk memposisikan dirinya sebagai teman pada anaknya karena peran orang tua dalam mendidik anak itu tidak semata-mata bersifat formal sebagai orang tua dan anak aja, namun lebih dari itu, ada tingkat penghayatan perasaan yang lebih istimewa. Bukan hanya sekedar hak dan kewajiban atau sekedar perintah dan larangan, tentunya sebagai anak juga ingin mendapatkan tempat bercerita dan berkeluh kesah. Seperti yang disebutkan oleh kak @najmafa diatas

Dari referensi yang aku baca juga ternyata banyak loh alasan penting kenapa orang tua perlu memposisikan diri sebagai teman bagi anak, yaitu supaya tau cara tepat untuk menjaga anak tanpa mengekang, mengetahui perkembangan mentalnya dengan baik, anak tidak mencari kenyamanan pada orang lain, agar anak lebih nyaman curhat dengan orang tua, dan dapat menjauhkan anak dari pergaulan yang bebas dan salah.

Selain itu, aku rasa ngga ada alasan untuk orang tua jika takut anak akan bertindak seenaknya atau kurang respect pada orang tuanya, karena orang tua tetaplah orang tua yang memiliki kewajiban untuk mendidik. jadi tetap harus ada batas wajarnya.

Referensi

Hanim, Afifa. 2019. 5 Alasan Pentingnya Orangtua Menjadi Sahabat Anak Ketika Remaja. diakses di 5 Alasan Pentingnya Orangtua Menjadi Sahabat Anak Ketika Remaja pada 19 Agustus 2021