Netizen Indonesia dikatakan sebagai netizen tidak sopan se-Asia, Benarkah itu?

Seperti yang kita tahu sekarang dengan berkembangnya teknologi informasi seperti media sosial Instagram, Facebook, Twitter, dsb. Menyebabkan informasi cepat tersebar dari seluruh belahan bumi ini. Hal ini membuat netizen haus untuk mencari informasi tentang hal apapun.

Seperti contoh kasus yang belum lama terjadi netizen Indonesia kembali mendapat sorotan mancanegara, usai menyerbu kolom komentar pasangan gay yang menikah di Thailand. Tak hanya menghujat, warganet Indonesia bahkan ada yang mengancam mati pasangan sejenis tersebut. Akibatnya pengantin gay itu membawa kasus ini ke jalur hukum, dan para netizen Indonesia yang mencacinya tak bisa masuk Thailand.

Penyerangan terhadap unggahan Facebook pasangan gay Thailand itu adalah contoh terbaru dari predikat netizen Indonesia tidak sopan se-Asia Tenggara yang diberikan Microsoft. Padahal jika kita berpikir dengan akal sehat kenapa harus menghujat mereka toh itu urusan mereka. Mereka suka sesama jenis itu urusan mereka dan di negaranya pun memang sudah biasa.

Jika netizen Indonesia tidak suka dengan ideologi tersebut apakah harus dengan cara menghujat? Karena hal ini juga Indonesia sampai di blacklist Thailand bahwa orang-orang yang menghujat mereka tidak diperbolehkan untuk ke Thailand. Kenapa netizen Indonesia selalu β€œgalak” jika menemukan berita di media sosial?

Summary

6 Bukti Netizen Indonesia Tidak Sopan se-Asia Tenggara, Akun Luar pun Diserang

Benar. Dikutip dalam laporan berjudul 'Digital Civility Index (DCI)’, netizen Indonesia menempati urutan terbawah se-Asia Tenggara, alias paling tidak sopan di wilayah tersebut.dimana, di dalamnya terdapat beberapa penilaian antara lain:

Skor Kesopanan

Microsoft mengumumkan tingkat kesopanan pengguna internet sepanjang 2020, termasuk negara Indonesia. Dalam laporan terbaru Digital Civility Index (DCI) itu, mengukur tingkat kesopanan digital pengguna internet dunia saat berkomunikasi di dunia maya. Netizen Indonesia menempati urutan terbawah se-Asia Tenggara, alias paling tidak sopan di wilayah tersebut.

Tingkat kesopanan warganet Indonesia memburuk delapan poin ke angka 76, di mana semakin tinggi angkanya tingkat kesopanan semakin buruk. Urutan pertama dihuni oleh netizen Singapura yang juga menempati peringkat keempat secara global, dengan total 59 poin.

Tingkat Kesopanan

Kemunduran tingkat kesopanan paling banyak didorong pengguna usia dewasa dengan persentase 68 persen. Sementara usia remaja disebut tidak berkontrubusi dalam mundurnya tingkat kesopanan digital di Indonesia pada 2020.

Berawal dari 67 poin pada 2019 kemudian naik 8 poin menadi 76 pada 2020. Sistem penilaian laporan tersebut berkisar dari skala nol hingga 100. Di mana semakin tinggi skor maka semakin rendah kesopanan daring di negara tersebut.

Kegiatan Survei

Laporan itu berdasarkan survei yang diikuti oleh 16.000 responden di 32 negara. Sebanyak 503 responden survei berasal dari Indonesia. Penelitian dilakukan pada April dan Mei 2020, dan baru dipublikasi pada Februari 2021. Survei tersebut menanyakan tentang keterpaparan mereka terhadap 21 risiko online yang berbeda dalam empat kategori: perilaku, seksual, reputasi, dan pribadi/mengganggu.

Referensi

Benarkah Netizen Indonesia Paling Tak Sopan se-Asia? | Indonesia Baik

1 Like

Ini sebenarnya sudah menjadi concern utama untuk beberapa kalangan dalam menyikapi fenomena bad-record netizen Indonesia di media sosial. Saya rasa, survei yang dilakukan oleh Microsoft yang menyatakan jika Indonesia memiliki netizen paling tidak sopan di Asia Tenggara memang sudah terbukti dalam berbagai kasus. Bukan hanya dalam kasus pasangan gay Thailand tersebut, tetapi juga di masalah lainnya seperti penghujatan berlebihan terhadap influencer Tiktok asal Filipina bernama Reemar Martin ataupun kasus penghujatan terhadap youtuber catur asal Amerika Serikat, bernama gothamchess setelah sebuah pertandingan catur online melawan orang Indonesia dengan akun dewa_kipas dan lain sebagainya. Bahkan ketika Microsoft mengeluarkan hasil survei mereka tersebut, tak butuh waktu lama bagi netizen Indonesia untuk segera membuktikan hasil survei itu dengan menyerang akun - akun Microsoft.

Hal ini tentunya bukan sebuah prestasi yang membanggakan dan sebaliknya kita harus malu terhadap kelakuan netizen Indonesia yang begitu toxic di dunia maya. Hal ini juga mencoreng identitas kita sebagai negara dengan penduduk yang ramah yang selama ini telah dikenal dunia karena kelakuan netizen kita yang berakibat hal - hal yang melalukan sepeti blacklist dan lain sebagainya. Untuk itu, mengapa netizen Indonesia selalu ’ galak ketika menemukan berita di media sosial boleh jadi ada beberapa alasan utama.

Yang pertama, jika ditinjau dari sisi psikologis, Sudah bukan rahasia umum lagi jika Orang Indonesia suka sekali dengan yang namanya berita mengenai kehidupan orang lain yang pada akhirnya menimbulkan rasa ingin membandingkan kehidupan pribadi dan komentar - komentar negatif di kolom komentar yang pada dasarnya bisa diakses oleh siapa saja. Mereka sebenarnya ingin bebas berpendapat, namun seringkali tidak dapat mempertanggungjawabkan dan kurang memikirkan dampaknya bagi orang lain

Yang kedua adalah dari sisi konformitas. Biasanya kebanyakan dari netizen yang berkata kasar di media sosial ini hanyalah ikut - ikutan saja meramaikan kolom komentar tanpa tahu informasi yang sebenarnya sebagai bagian dari prinsip konformitas yang dimana suatu individu mengubah sikap dan tingkah laku sesuai dengan norma sosial yang ada. Dalam hal ini, ketika semakin banyak orang yang melakukan hujatan - hujatan terhadap suatu narasi di media sosial maka semakin banyak juga yang akan mengikuti. Hal inilah yang sering disebut sebagai band-wagon (ikut - ikutan). Apalagi juga Indonesia juga sangat kental dengan apa yang disebut sebagai budaya gosip sehingga saya rasa itu juga menjadi faktor mengapa netizen Indonesia begitu beringas di media sosial dan menjadi keyboard warrior.

Masih ada beberapa faktor lain yang menyertai alasan mengapa netizen - netizen Indonesia sangatlah toxic di media sosial. Tetapi yang jelas, Apa yang kita tulis di media sosial, mencerminkan kepribadian dan jati diri kita. Mungkin kita memang tidak setuju kepada suatu narasi atau fenomena yang kita temukan di media sosial karena tidak sesuai dengan identitas kita dan sebagainya, tetapi tidak lantas, netizen Indonesia boleh seenaknya dalam melontarkan hate speech, toxic speech, dan apapun yang buruk di kolom - kolom komentar di media sosial. Hal ini menunjukan betapa bobroknya moral dan pengetahuan kita dalam etika menggunakan media sosial. Ini menjadi hal yang harus diperbaiki supaya citra baik Indonesia di mata internasional dapat terjaga dengan baik.

3 Likes