Mengapa para perempuan sekarang ingin menggunakan pakaian bebas, cenderung mini dan terbuka, padahal dari kecil sudah diajarkan adab, norma dan etika?

Fashion atau gaya berpakaian akan terus berkembang seiring berjalannya waktu. Zaman sekarang kerap kita melihat berbagai macam fashion yang dipakai seseorang, beragam pakaian yang digunakan terkesan unik dan malah pakaian yang dulu kita lihat aneh apabila dipakai malah sekarang banyak diminati dari model pakaian yang sobek-sobek, pakaian tembus pandang dan pakaian pakaian yang lainnya, tetapi melihat peminat fashion tersebut juga banyak perempuan sekarang inginkan menggunakan pakaian bebas ingin, cenderung mini dan terbuka hmm… mengapa bisa begitu yaa? padahal dari kecil sudah diajarkan adab, norma dan etika

1 Like

Berkembangnya dunia fashion merupakan efek yang ditimbulkan akibat globa lisasi media , karena dengan menggunakan pendekatan hiburan, negara-negara maju dengan agenda tertentu dapat dengan mudah masuk dalam persepsi masyarakat.

Imperialisme budaya adalah salah satu strategi yang dilakukan oleh kapitalisme dengan cara menghegemoni wacana tentang fashion yang memuat selebritis yang diidolakan remaja, agar remaja tertarik dan berusaha untuk mengadopsi apa yang ditampilkan dan ditawarkan oleh agen imperialisme.

Para agen imperialisme tidak hanya sekadar menginformasikan gaya hidup ala barat, namun juga telah mendefinisikan makna bahwa gaya hidup barat adalah gaya hidup yang benar, wajar, serta patut untuk ditiru dan diadopsi agar bisa tampil lebih menarik dan tidak ketinggalan jaman

Majalah-majalah dengan lisensi luar negeri secara tidak langsung mendorong remaja-remaja di Indonesia mengikuti pola trend luar negeri daripada mempertahankan trend di Indonesia. Terlebih lagi dengan maraknya penggunaan media sosial saat ini. Berbagai public figure atau selebgram bermunculan, dan tidak sedikit yang memamerkan pola hidup,termasuk gaya busananya yang mengikuti kaum kebarat-baratan. Akibatnya, masyarakat mudah terbujuk dan menimbulkan persepsi bahwa budaya negeri sendiri terlalu kuno,kolot, dan terlalu keringgalan zaman.

Sumber :

Sari, N. (2016). Imperialisme Budaya dalam Media. Jurnal Penelitian Pers Dan Komunikasi Pembangunan , 19 (3), 167-182.