Mengapa orangtua gemar sekali mengatur hidup orang lain?

Ketika menikah, Anda dan pasangan sebagai orang dewasa seharusnya sudah memiliki wewenang penuh untuk mengatur rumah tangga. Namun kenyataannya, masih ada saja orangtua atau mertua yang kekeuh ikut campur mengurus rumah tangga anak-anaknya sampai menjadi pengambil keputusan.

Apa sih penyebab orang tua suka ikut campur kehidupan orang lain?

2 Likes

Menurut saya, hal tersebut karena kebanyakan orang tua merasa dirinya telah memiliki banyak pengalaman dan merasakan asam garam kehidupan. Sehingga mengharuskan anak ataupun orang lain yang dibawah usianya untuk mengikuti perkataanya.
Memang benar para orang tua ini memiliki pengalaman yang lebih banyak, namun harus tetap bijak dengan apa yang dilakukannya, dengan mengatur hidup orang lain itu bukanlah hal yang bijak untuk dilakukan, cukuplah dengan membimbing disertai arahan maka akan lebih dihargai oleh orang lain.

Menurutku ada dua kemungkinan faktor pendorong. Pertama, mereka merasa memiliki hak, dengan alasan “kamu anakku, aku orang tuamu, jadi aku berhak ikut campur”. Kedua, mereka merasa memiliki kapabilitas berdasarkan pengalamannya. Jadi, mereka cenderung ragu anaknya bisa menangani masalahnya sendiri. Kalimat yang biasa dilontarkan adalah "aku pernah muda, tapi kamu belum pernah tua. Jadi, aku lebih tau daripada kamu"
Berangkat dari 2 alasan faktor pendorong tersebut, membuat para orang tua merasa berhak untuk mencampuri urusan anaknya, lebih-lebih masalah rumah tangga. Padahal seharusnya, ketika anak sudah berkeluarga apapun yang terjadi pada anaknya, sudah berada di luar kendalinya sebagai orang tua. 

Mungkin kita banyak menjumpai fenomena ini, sehingga kita dapat menyebut orangtua adalah sosok individu yang cukup keras kepala dan mengatur. sehingga ia tidak peduli untuk mendengarkan opini yang dianggap dibawah dari umurnya.

Menurutku salah satu faktor umur yang lebih tua membuat orang merasa bahwa pengetahuan yang lebih muda tidak dapat diterima dengan baik, dengan alasan mereka masih belum berpengalaman atau dalam hal mereka belum pernah merasakan lebih dulu dari yang tua. faktor umur yang lebih tua menyebabkan orang bersifat lebih menjadi yang berkuasa atas opini dan tidak membenarkan opini yang lain.

Selain dari itu kurangnya pengetahuan orangtua mengenai ilmu mengenai kepribadian diri dan batas-batas yang boleh dan tidak boleh dilakukan juga kurang, sehingga dalam hal ini mereka hanya dipengaruhi oleh alam bawah sadar yang mengarahkan mereka harus melakukan tindakan itu dan merasa bahwa itu adalah hal yang harus mereka lakukan.

Namun, ada beberapa alasan juga seperti mereka merasa bahwa dengan mengatur dapat mengurangi dampak yang tidak harapkan pada orang tersebut dan biasanya pada anak. Namun mereka juga tidak memahami bahwa anak memiliki keputusan pribadi yang dapat dipertanggung jawabkan oleh dirinya sendiri. Dalam hal ini, tujuan orangtua bisa saja baik hanya saja cara mereka yang tidak sesuai dalam menanggapi hal tersebut.

Menjawab pernyataan diatas, kalau menurut saya ya salah satu alasan orang tua suka mengatur hidup orang lain contohnya hidup anaknya sendiri itu dikarenakan orang tua pasti selalu ingin yang terbaik untuk hidup anaknya dan begitu pun baik untuk hidup kedua orang tua tersebut. Orang tua merasa mereka punya hak dan memiliki power untuk menjadikan anaknya apa saja yang mereka mau, karena orang tua mungkin punya visi dan misi bagaimana nanti kehidupan di masa depan anak ataupun orang tua nya. Meskipun begitu banyak kasus konflik karena anak tidak merasa cocok dengan semua pilihan orang tua, dan merasa kalau pilihan orang tua mereka justru hanya membuat anak merasa tertekan. Kalau begitu kasusnya akan lebih baik jika diomongin dengan baik-baik agar dapat bersama-sama mencari solusi. Atau cara lainnya seperti orang tua lebih baik mendukung dan membimbing pilihan anaknya daripada mengatur-atur.

1 Like

Menurut aku kenapa orang tua itu sering mengatur, mungkin ada 2 alasan yang bakal aku jabarin disini yang pertama adalah efek power. Maksudnya orang tua itu merasa bahwa mereka berhak atas kehidupan anaknya, bagaimana masa depannya, dll. Karena mereka merasa mereka telah berjasa banyak selama tumbuh kembang anaknya mulai dari pemenuhan kebutuhan pokok maupun psikologis. Memiliki anak yang sukses merupakan salah satu sarana pembuktian ke masyarakat atas kesuksesan mereka menjadi orang tua, sehingga mereka akan berusaha sebaik mungkin untuk membuat anak mereka menjadi baik dan layak untuk dibanggakan.
Faktor yang kedua adalah faktor budaya pola asuh, tidak semua orang tua suka mengatur bahkan ada orang tua yang tidak merasa mereka adalah orang tua. Nah, pola asuh yang diterapkan itu biasanya merupakan budaya warisan dari orang tua mereka juga, sehingga mereka ingin melakukan hal yang sama terhadap anak mereka saat ini. Mereka berharap dapat menurunkan ajaran leluhur mereka terkait bagaimana cara mendidik seorang anak.