Mengapa beberapa orang merasa susah dalam mengambil keputusan?

  Setiap orang pasti pernah mengambil keputusan setidaknya sekali seumur hidup. Proses mengambil keputusan sebenarnya merupakan hal yang normal dan dibutuhkan untuk beberapa hal. Tak jarang, seseorang mungkin akan merasa kesulitan dan bingung saat akan mengambil keputusan. Saat mengambil keputusan yang besar beberapa orang menjadi bingung, lupa hingga berkurangnya konsentrasi.
  Apakah youdics termasuk salah satunya? Menurut youdics, kenapa sih beberapa orang merasa susah dalam mengambil keputusan?
Mengambil keputusan mepertimbangkan banyak hal, termasuk resiko dan manfaat yang akan didapat saat mengambil keputusan tersebut. Mungkin takut akan mengambil keputusan yang salah, dan dia harus bertanggung jawab akan hal itu. Untuk keputusan yang besar tentu banyak sekali hal yang harus dipertimbangkan, apalagi untuk pengambilan keputusan rencana jangka panjang dengan ukuran projek yang besar, harus mempertimbangkan dampak dan manfaat bagi lingkungan sekitar, masa depan perusahaan, karyawan, dirinya, dll.

Proses mengambil keputusan sebenarnya adalah hal yang normal dan dibutuhkan untuk beberapa hal. Tak jarang, seseorang mungkin akan merasa kesulitan dan bingung saat akan mengambil keputusan. Bahkan kondisi tersebut bisa memicu terjadinya brain fog, yaitu sebuah istilah yang menggambarkan kondisi di mana seseorang mengalami rasa bingung, lupa, hingga berkurangnya konsentrasi dan kejernihan pikiran. Terjadinya brain fog juga bisa menjadi tanda kelelahan pikiran yang bisa membuat seseorang menjadi sulit untuk berpikir. Nyatanya kelelahan berpikir ini mau tidak mau pasti akan menjadi penghambat otak dalam mengambil sebuah keputusan.

Setiap orang pasti perna mengalami situasi di mana mereka sulit mengambil keputusan, baik keputusan yang dirasa ringan sampai dengan keputusan besar yang penuh dengan pertimbangan. Namun rupanya ada istilah lain yang merupakan gangguan psikologis yang menyerang manusia saat mereka dihadapkan dengan pemilihan keputusan. kondisi ini dianggap tidak normal karena bisa menganggu kinerja dan produktivitas diri.

Berdasarkan tulisan yang diunggah oleh tirto.id rupanya ada istilah untuk orang yang sulit mengambil sebuah keputusan, yaitu decidophobia.

Teori mengenai decidophobia sempat diperkenalkan oleh Filsuf Princeton Walter Kaufmann dalam bukunya tahun 1973 “Without Guilt and Justice.” Aufman menyebutkan mengenai implikasi filosofis decidophobia, yakni :

kepatuhan berasal dari ketakutan universal untuk membuat keputusan yang sulit. Orang dengan kondisi ini mungkin secara aktif menghindari rasa takutnya sebagai upaya melindungi diri. Sayangnya, hal itu juga dapat memperburuk gejala decidophobia.

Dilansir dari Psych Time, selain kecemasan ekstrem decidophobia juga ditandai oleh beberapa gejala sebagai berikut: Selalu menghindari pengambilan keputusan Tidak dapat mengatasi kecemasan mereka Ketegangan otot, gemetar, dan berkeringat Bisa mengalami serangan panik.

Berdasarkan istilah tadi, ada kasus di mana seseorang bahkan merasa cemas saat mereka ingin mengambil suatu keputusan. Meskipun tidak ada penyebab pasti dalam berbicara fobia, para ahli berspekulasi bahwa itu mungkin berasal dari peristiwa traumatis. Kondisi ini lebih berisiko dialami oleh seseorang mengalami peristiwa traumatis secara emosional dan memiliki genetik untuk mengembangkan penyakit mental.

Sulitnya mengambil sebuah keputusan biasa terjadi disetiap orang, kurangnya kepercayaan diri menjadi faktor utama menurut saya. saat ketidakpercayaan diri meningkat hal tersebut mengakibatkan keraguan, ketakutan dan pesimis akan tindakan yang akan dilakukan. Oleh karena itu, tingkatkanlah kepercayaan diri agar lebih mudah dan siap dalam menerima konsekuensi yang diterima dalam setiap keputusan yang dipilih.

Seperti pendapat Loekmono (dalam Sari, 2008) yang mendefinisikan Kepercayaan diri merupakan sikap mental seseorang dalam menilai diri maupun objek sekitarnya sehingga orang tersebut mempunyai keyakinan akan kemampuan dirinya untuk dapat melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuannya.

Memikirkan terlebih dahulu bobot dari pilihan dalam mengambil keputusan merupakan hal yang penting, kita harus memikirkan terlebih dahulu mana yang lebih urgent atau lebih penting, mana yang memungkinkan kita untuk mendahulukan satu pilihan diatas pilihan lainnya, apakah pilihan yang akan diambil tersebut dapat membawa kebaikan dan manfaat yang lebih baik atau tidak. Dengan memikirkan semua itu, kita juga dapat meminimalisir adanya penyesalan di kemudian.

“Hidup adalah pilihan” mungkin merupakan ungkapan yang sering kita dengar. Menurutku pernyataan ini juga cukup benar dan realistis. Kita hidup di dunia ini memang dipenuhi dengan banyak pilihan, mulai dari A, B, C, dan seterusnya. Kita sebagai manusia berakal sehat tentunya memiliki cara berpikir yang rasional untuk bisa memutuskan pilihan mana yang sekiranya terbaik untuk kita. Namun, pilihan yang kita jalani tentunya belum tentu yang terbaik bagi kita. Bisa saja Tuhan memiliki rencana yang lebih baik bagi kita.

Menurutku tentu saja setiap orang tentunya harus memikirkan matang-matang terlebih dahulu tindakan maupun keputusan yang akan mereka ambil. Mereka juga harus memikirkan dampak positif dan negatif dari keputusan yang akan mereka ambil. Terlebih lagi, mereka juga harus bertanggungjawab atas segala konsekuensi yang akan mereka terima dari diambilnya keputusan tersebut. Pemahaman ini dapat kita jumpai dalam ilmu ekonomi yaitu yang dinamakan “Opportunity cost”. Opportunity cost merupakan biaya yang timbul karena hilangnya kesempatan akibat dari pemenuhan suatu kebutuhan yang lain. Dalam konteks kehidupan sehari-hari, opportunity cost yang kita temui adalah waktu. Contohnya adalah dengan waktu 2 jam kita bisa memilih hanya bermalas-malasan untuk menonton film atau kita lebih memilih untuk berolahraga. Dengan menonton film, kita bisa lebih merasa terhibur dengan sajian cerita dan visual yang diberikan film tersebut. Namun, dengan berolahraga kita bisa menggerakkan tubuh sehingga bisa lebih sehat. Itu semua bergantung dengan pilihan kita.