Jenis-jenis sistem hidroponik, dan sistem hidroponik apa yang cocok untuk pemula?

Saya sedang ingin mencoba bercocok tanam dengan teknik hidroponik, namun saya belum mengetahui tentang sistem" hidroponik yang ada, dan kira-kira sistem hidroponik seperti apa yang cocok bagi saya yang baru akan memulai hidroponik, serta apa-apa saja nih yang perlu disiapkan untuk memulai sistem hidroponik

4 Likes

Terdapat beberapa metode sistem hidroponik yang sering digunakan, diantaranya adalah :
1. Sistem sumbu (Wick System) : merupakan salah satu sistem yang paling sederhana dari semua sistem hidroponik karena tidak memiliki bagian yang bergerak sehingga tidak menggunakan pompa atau listrik. Sistem sumbu merupakan sistem pasif dalam hidroponik karena akar tidak bersentuhan langsung dengan air. Dinamakan sistem sumbu karena dalam pemberian asupan nutrisi melewati akar tanaman disalurkan dengan media atau bantuan berupa sumbu.
image
2. Sistem rakit apung (Water Culture System) : Sistem rakit apung adalah yang sistem paling sederhana dari semua sistem hidroponik aktif, cukup mudah digunakan karena tidak membutuhkan alat yang terlalu banyak, yang dibutuhkan box atau wadah yang dapat terbuat dari bahan plastik, styrofoam dan aerator Hidroponik rakit apung merupakan pengembangan dari sistem bertanam hidroponik yang dapat digunakan untuk kepentingan komersial dengan skala besar ataupun skala rumah tangga.
image
3. Sistem NFT (Nutrient Film Technique System) : Konsep dasar NFT ini adalah suatu metode budidaya tanaman dengan akar tanaman tumbuh pada lapisan nutrisi yang dangkal dan tersirkulasi sehingga tanaman dapat memperoleh cukup air, nutrisi, dan oksigen. Tanaman tumbuh dalam lapisan polyethylene dengan akar tanaman terendam dalam air yang berisi larutan nutrisi yang disirkulasikan secara terus menerus dengan pompa Daerah perakaran dalam larutan nutrisi dapat berkembang dan tumbuh dalam larutan nutrisi yang dangkal sehingga bagian atas akar tanaman berada dipermukaan antara larutan nutrisi dan styrofoam, adanya bagian akar dalam udara ini memungkinkan oksigen masih bisa terpenuhi dan mencukupi untuk pertumbuhan secara normal.
image
4. Sistem irigasi tetes (Drip System) : Sistem irigasi tetes atau drip system adalah salah satu sistem hidroponik yang menggunakan teknik yang menghemat air dan pupuk dengan meneteskan larutan secara perlahan langsung pada akar tanaman. Sistem irigasi tetes (drip sistem) disebut juga sistem Fertigasi karena pengairan dan pemberian nutrisi dilakukan secara bersamaan. Sistem irigasi tetes(drip sistem atau fertigasi) adalah sistem hidroponik yang paling sering digunakan didunia, mulai dari hobi hingga skala komersil. Teknik ini bisa dirancang sesuai kebutuhan dan lahan, bisa dari skala kecil maupun skala besar. Akan tetapi lebih efektif cara ini untuk tanaman yang agak besar yang membutuhkan ruang yang lebih untuk pertumbuhan akar.
image

  • Rotating Drip System (sistem tetes putar) : Sistem tetes putar/sirkulasi/rotasi ini pada prinsipnya mengalirkan nutrisi ketanaman di netpot secara berulang memakai air yang dialirkan dari penampungan ke tanaman dan kembali ke penampungan.
    image
  • Static Drip System (Sistem tetes statis/nonsirkulasi) : Hidroponik Sistem Tetes non-Sirkulasi bekerja dengan prinsip tetes tapi air yang digunakan tidak kembali kepenampungan, melainkan hanya dialirkan ketanaman saja.
    image
    5. Sistem Pasang surut (Ebband Flow system) : Dalam sistem hidroponik ini, tanaman mendapatkan air, oksigen, dan nutrisi melalui pemompaan dari bak penampung yang dipompakan ke media yang nantinya akan dapat membasahi akar(pasang).Selang beberapa waktu air bersama dengan nutrisi akan turun kembali menuju bak penampungan(surut). Waktu pasang dan surut dapat diatur menggunakan timer sesuai kebutuhan tanaman sehingga tanaman tidak akan tergenang atau kekurangan air. Prinsip kerja sistem ini ada dua fase yaitu fase pasang dimana tanaman dibanjiri larutan nutrisi, dan fase surut dimana tanaman tidak diberi nutrisi (nutrisidisurutkan).Sistem seperti ini umumnya dilakukan dengan pompa air yang dibenamkan dalam larutan nutrisi(submerged pump) yang di hubungkan dengan timer (pengatur waktu).Ketika time rmenghidupkan pompa, larutan nutrisi akan dipompa ke growtray(keranjang/tempat/pot tanaman). Ketika timer mematikan pompa air, larutan nutrisi akan mengalir kembali ke bak penampungan. Timer diatur dapat hidup beberapa kali dalam sehari, tergantung ukuran dan tipe tanaman, suhu, kelembaban, dan tipe media pertumbuhan yang digunakan.Tehnik ini menggunakan sistem sirkulasi yaitu larutan nutrisi yang telah digunakanakan digunakan kembali secara berulang-ulang. Dalam melakukan sirkulasi dilakukan dengan cara bertahap, menggunakan irigasi yang memungkinkan untuk pasang dan surut.
    image
    6. Aeroponik : Teknik menanam tanaman dengan aeroponik berasal dari katanya “aero” yang berarti udara, dan “phonic” yang berarti cara menanam. Jadi, aeroponik merupakan cara bertanam dengan media perakarannya udara. Sistem Aeroponik merupakan cara bercocok tanam dengan menyemprotkan nutrisi keakar tanaman. Nutrisi yang disemprotkan mempunyai bentuk seperti kabut. Aaeroponik adalah suatu sistem penanaman sayuran yang paling baik dengan menggunakan udara dan ekosistem air tanpa menggunakan tanah. Teknik ini merupakan metode penanaman hidroponik dengan menggunakan bantuan teknologi. Desain aeroponik merupakan desain yang paling canggih dari semua sistem hidroponik. Akar tanaman menggantung kedalam wadah dan hara disemprotkan terus menerus dengan semburan bergantian secara kontinu.
    image

Media Tanam Hidroponik :
Media tanam hidroponik adalah suatu media yang terbuat dari materi alat atau bahan selain tanah yang digunakan sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya akar tanaman. Berdasarkan pengertian tersebut media tanam hidroponik berfungsi sebagai tempat menopang tanaman agar mampu berdiri tegak sehingga tidak mudah roboh. Penggunaan macam dan peranan media merupakan perbedaan yang sangat jelas antara menanam dengan cara konvensional dengan sistem hidroponik. Media tanam yang tepat akan sangat mempengaruhi hasil yang ditanam. Sebelum menggunakan media tanam maka hal yang tak boleh dihindari adalah kriteria dalam memilih media tanam hidroponik.Terdapat acam-macam media tanam, diantaranya adalah :
1.Arang sekam
2. Cocopeat
3. Media batang dan akar pakis
4. Media kerikil
5. Pasir
6. Spons
7. Kapas
8. Gabus/styrofoam
9. Rockwoll
10. Moss
11. Hydroton
12. Perlite
13. Vermiculite
14. Pumice
15. Hydrogel

Sumber :
Susilawati. 2017. Dasar-dasar Bertanam secara Hidroponik. Palembang

2 Likes

Wahh terima kasih kak @Diah_Atika_Sari , sangat jelas dan lengkap penjelasannya…
Dari penjelasan kakak, sepertinya saya tertarik untuk mencoba sistem wick
Kira-kira kelebihan dan kekurangannya apa yah kalau pake sistem itu?

1 Like

Hallo kak Risti :grin:,

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa sistem hidroponik terdiri dari 5 sistem yaitu DFT, NFT, Wick, Drip dan juga Ebb and Flow. Keseluruhan sistem tersebut terdapat kelemahan dan kelebihannya sendiri-sendiri. Untuk lebih jelasnya yuk simak penjelasan berikut, :wink:

1.Sistem Wick
wick system hidroponik
Kita mulai dari sistem yang paling mudah terlebih dahulu yah :grin:
Jadi, sistem wick merupakan salah satu sistem hidroponik yang paling mudah dan juga murah loh :grin: Hanya memerlukan peralatan sederhana untuk membuat sistem tersebut, seperti gelas bekas air mineral, tanaman, nutrisi dan juga sumbu. Kunci dari sistem wick ini terletak pada sumbunya, karena sumbu inilah yang nantinya mengalirkan nutrisi kepada tanaman. Sumbu ini bisa berasal dari kain flanel ataupun kain bekas yang tidak terpakai dirumah. Jadi sistem ini sangat bisa dibuat dari barang-barang bekas yang ada dirumah, dan sangatlah murah.

Sistem ini juga sangat mudah dalam perawatannya, sehingga sangat cocok untuk digunakan oleh pemula, yang terpenting adalah mengontrol nutrisi yang ada pada tanaman jangan sampai habis dan sesekali mengaduknya. Apalagi saat ini sudah banyak sekali online shop yang menjual stater kit dari sistem wick ini :grin:

Berikut merupakan salah satu contoh stater kit dari sistem wick yang banyak dijual saat ini
WhatsApp-Image-2020-02-24-at-14.09.47-1-300x225
Berikut, merupakan tanaman tomat saya yang memanfaatkan sistem wick dalam budidayanya. Inti penggunaanya sama seperti sistem wick lainnya, hanya saja sistem yang saya gunakan sedikit lebih besar dibandingkan dengan sistem wick yang biasa kita jumpai. Perawatannya pun sama, seperti melakukan penambahan nutrisi atau penyiraman setiap tiga hari sekali :grin:

2. Sistem Deep Flow Technique


Sistem kedua yang juga sangat cocok digunakan oleh pemula adalah DFT. Mengapa sistem ini sangat cocok digunakan oleh pemula?
Karena dalam perawatannya cukup sangat mudah, hanya perlu mengontrol larutan nutrisi yang ada dan tanaman akan tumbuh dengan baik. Yang perlu diperhatikan hanya cairan nutrisi yang diberikan haruslah sesuai dengan jenis komoditas dan pengontrolan untuk hama dan tanaman apabila jika mungkin ada.

Sistem ini menggunakan pompa air untuk mengalirkan nutrisi kepada tanaman dan juga aliran listrik untuk menggerakkan pompa air tersebut. Dan akar tanaman juga akan terendam aliran nutrisi secara terus menerus, sehingga tanaman akan cepat dalam pertumbuhannya. Selain itu, apabila ada pemadaman listrik atau pompa air mengalami masalah maka tanaman akan tetap segar karena terdapat genangan nutrisi yang menjaga kesegaran dari tanaman tersebut. Tapi, memang biaya yang harus dikeluarkan cukup lebih besar dibandingkan dengan sistem wick, namun hasil panen yang dihasilkan juga tidak main-main :grin:

Berikut merupakan contoh penggunaan sistem DFT untuk tanaman sawi yang saya gunakan. Sudah pasti happy kalo lihat pemandangan seperti ini didepan rumah :joy:

3. Sistem Nutrient Film Technique


Sistem ini hampir sama dengan sistem DFT, yang membedakan hanya sistemnya dibuat sedikit lebih miring. Sehingga akar tanaman tidak tenggelam didalam aliran nutrisi tersebut. Sistem ini memang sangat baik bagi tanaman, karena tanaman akan jauh lebih cepat tumbuh karena aliran oksigen yang cukup bagi tanaman. Namun, yang menjadi kelemahan sistem ini adalah apabila terjadi pemadaman listrik maka tanaman tidak akan bertahan lama, karena tidak ada nutrisi yang dapat diserap oleh tanaman.

4. Sistem Ebb and Flow


Yang keempat adalah sistem ebb and flow atau sistem pasang surut. Seperti namanya, sistem ini juga menerapkan pasang surut dalam mengalirkan nutrisi kepada tanaman. Sehingga, terdapat timer yang digunakan untuk menjadwal aliran nutrisi untuk dialirkan kepada tanaman dan ketika nutrisi tidak dibutuhkan kembali maka nutrisi akan kembali ke kotak nutrisi yang ada dibawah

5. Sistem Drip


Yang terakhir adalah sistem drip. Seperti arti namanya yaitu tetes, sistem ini juga mengalirkan nutrisi sesuai dengan cara diteteskan melalui selang kecil dan diatur waktunya. Sistem ini juga gampang-gampang susah untuk digunakan.

Berikut merupakan contoh penerapan sistem drip yang saya gunakan untu menanam cabai hitam

Semoga membantu :grin:

2 Likes

Apabila menanggapi pertanyaan kak risti, terkait kelebihan dan kekurangan dari sistem wick sendiri beberapa hal yang dapat saya sampaikan adalah

Kelebihan

  • Biaya yang dikeluarkan jauh lebih murah dibandingkan dengan sistem hidroponik lainnya
  • Tidak memerlukan aliran listrik
  • Cocok digunakan untuk pemula
  • Tidak memerlukan lahan yang luas untuk mulai berkebun
  • Hasil panen yang dihasilkan pun lumayan
  • Tanaman tidak perlu disiram karena teraliri nutrisi secara terus menerus

Kekurangan

  • Tidak dapat diterapkan kesemua jenis tanaman, hanya untuk jenis tanaman tertentu. Karena apabila digunakan untuk tanaman yang berbuah maka akan memerlukan air dan nutrisi yang lebih banyak, sehingga memerlukan tempat yang lebih besar
  • Kurang efisien dalam memberikan nutrisi kepada tanaman. Hal tersebut disebabkan karena tanaman memerlukan makan yang lebih cepat dibandingkan dengan sumbu yang mengalirkan nutrisinya
  • Tanaman tidak menyerap nutrisi dan juga air secara merata. Tanaman mengambil nutrisi dan air yang dibutuhkan, dan meninggalkan sisa nutrisi dalam media tumbuh, dan dapat menyebabkan penumpukan racun dari garam mineral dalam media tanam. Jadi pembilasan kelebihan gizi dari zona akar (media tanam) dengan air tawar biasa harus dilakukan secara teratur, seperti sekali seminggu atau lebih.
  • Air nutrisi hanya mengendap pada satu tempat, sehingga harus sering diaduk
2 Likes