“Heavy Social Media Used” berdampak buruk, setuju / tidak?

Heavy Social Media Used atau yang diartikan juga sebagai penggunaan media sosial dengan sekala tinggi adalah kondisis dimana seseorang cenderung addictive atau kecanduan akan penggunaan sosial media dalam kehidupannya. Media sosial merupakan salah satu bukti perkembangan teknologi dunia. Jenis media sosial yang paling banyak digunakan adalah facebook, instagram, youtube dan yang lain sebagainya. Situs media sosial yang semakin mudah dibuka, membuat pengguna lebih sering menghabiskan waktunya untuk membuat jejaring sosial yang mereka miliki. Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat mengubah gaya hidup, bahkan mengubah cara berperilaku, berkomunikasi dan bersosialisai dengan lingkungannya. Terlepas dari dampak negatif, media sosial ini juga memiliki manfaat yang positif misalnya dalam hal ini media sosial berperan dalam meningkatkan kreativitas dengan membuat sesuatu yang bermanfaat, digunakan untuk sarana berwirausaha atau menjual karya, sarana belajar beradaptasi dan bersosialisasi dengan publik, memotivasi untuk terus belajar mengembangkan diri, sebagai sarana hiburan di waktu luang dan masih banyak lagi.

Dengan begitu, apakah penggunaan media sosial dengan sekala tinggi (Heavy Social Media Used) ini berdampak buruk atau justru berdampak baik bagi kehidupan kita?

1 Like

Pada dasarnya semua hal yang berlebihan di kehidupan kita itu pastinya akan memiliki dampak yang kurang baik bagi diri kita sendiri. Kehadiran media sosial memang memiliki manfaat positif, seperti sumber informasi yang memiliki waktu update tercepat atau terkini, sarana hiburan atau mengisi waktu luang, sarana berekspresi dan mengetahui ekspresi orang lain, sumber ilmu dan pengembangan diri, dan sebagainya. Namun, penggunaan media sosial perlu kita kontrol dengan cermat karena aktivitas ini sangat rentan terhadap terjadinya kecanduan atau ketagihan yang tentunya berdampak buruk bagi diri kita. Dampak buruk dari kecanduan media sosial adalah menghabiskan banyak waktu dengan sia-sia, mengganggu rutinitas kewajiban, mengganggu jadwal istirahat dan tidur, serta tentunya dapat mengganggu kesehatan tubuh kita.

Lebih lanjut lagi, penggunaan media sosial yang berlebihan dapat memiliki dampak negatif yang lebih parah bagi anak dan remaja. Hal tersebut dikarenakan anak dan remaja merupakan fase membentuk kepribadian seseorang yang dapat dibawa seumur hidupnya. Perilaku terlalu sering mengakses media sosial akan menimbulkan fenomena Fear of Missing Out (FOMO) atau “takut ketinggalan berita terkini”. FOMO dapat mendorong anak dan remaja untuk terus mencari dan berbagi informasi dari internet melalui media sosial. Pada tahap inilah anak dan remaja amat rentan terhadap risiko predator online, pornografi, kekerasan, perundungan (bullying) maya, invasi privasi, dan pencurian identitas.

Dampak negatif media sosial yang lain adalah menciptakan jarak antara anak dan keluarga. Anak dan remaja menggunakan istilah: strategi dekat tetapi jauh, dan jauh tetapi dekat. Hal ini dapat digambarkan bagaimana anak dan remaja terlihat ada di sekitar orang tua dan keluarga, namun secara intens menggunakan sosial media. Sebaliknya, mereka justru memiliki relasi yang lebih dekat dengan teman-teman atau orang-orang di media sosial. Dampak negatif tersebut belum ditambah juga dari sisi kesehatan fisik maupun mental yang sangat banyak ancamannya.

Oleh karena itu, Heavy Social Media Used atau penggunaan media sosial dengan intensitas tinggi dapat berdampak buruk bagi penggunanya, terutama bagi anak dan remaja.

Sumber

Aprilia R., Sriati, A., & Hendrawati, S. (2020). Tingkat kecanduan media sosial pada remaja. JNC, 3(1), 41-53.

Triastuti, E., Adrianto, D., & Nurul, A. (2017). Kajian Dampak Penggunaan Media Sosial bagi Anak dan Remaja. Depok: Pusat Kajian Komunikasi FISIP Universitas Indonesia.