Budaya Patriarki Masih Sering Terjadi di Sekitar Kita, Setuju Atau Tidak?

24c229e11fdb9267c6ec175322b640de

Pada zaman modern seperti ini, ternyata masih banyak sekali kasus yang tidak memberlakukan kesetaraan gender. Melihat kehidupan sehari-hari, masih banyak orang yang berfikir bahwa pekerjaan rumah tangga merupakan tugas perempuan, seperti mencuci piring, mencuci baju, menyetrika, menyapu, mengepel, mengurus dan mendidik anak, dll. Tugas laki-laki yaitu hanya fokus mencari nafkah untuk kelurga. Tapi kini, banyak juga perempuan yang dituntut bekerja untuk menambah penghasilan sekaligus menanggung beban pekerjaan rumah dan mengurus anak. Menurut pandangan aku pribadi, pekerjaan rumah dan mengurus anak bukan hanya pekerjaan perempuan, dan mencari uang untuk hidup bukan hanya pekerjaan laki-laki. Namun berbeda halnya jika memang ada pembagian tugas yang disepakati dari kedua belah pihak.

Menurut Youdics, masih adakah kasus patriarki di sekitar kalian? Seperti apa kasusnya, dan bagaimana kamu menyikapinya?

3 Likes

Aku juga setuju kalo saat ini kesetaraan gender itu memang belum bener-bener setara. Masih banyak kasus seperti yang disebutin di atas. Sebenernya isu ini juga engga cuman dirasain sama perempuan tapi laki-laki juga. Di luar sana, banyak kegiatan atau pekerjaan yang dianggap hanya pantas dilakuin sama perempuan seperti sekretaris, bidan, dan sebagainya. Seharusnya di zaman sekarang, menurutku batasan seperti itu udah kurang relevan buat diterapin. Baik laki-laki atau perempuan harus mendapatkan kebebasan untuk bekerja sesuai apa yang mereka mau.
Untuk isu pembagian tugas di rumah tangga, aku juga setuju kalo hendaknya tugas rumah dibagi secara merata antara sang ibu dan ayah terutama jika mereka sesama pekerja. Dengan meratanya pembagian tugas itu, diharapin rumah tangga dapat lebih harmonis karena tidak ada pihak yang merasa lebih diberatkan.

1 Like

Iya bener banget. Seharusnya kesetaraan hak laki-laki dan perempuan itu sama, apalagi kalau perempuan ataupun laki-laki itu sanggup dan layak untuk melakukan hal tersebut, mengapa tidak?

Untuk opini ini aku juga setuju, dimana dalam suatu rumah tangga, baik laki-laki maunpun perempuan harus bekerja sama dan saling membantu dalam hal apapun. Dengan melakukan hal tersebut, pastinya keharmonisan keluarga juga dapat meningkat.

Aku setuju dengna pendapat mengenai pekerjaan rumah. Aku rasa budaya patriarki ini semakin langgeng karena kebiasaan di masyarakat. Sebagai manusia kita pasti akan beradaptasi dan mencontoh segala perilaku orang dewasa atau orang yang lebih tua atau orang disekitar kita. Jadi, banyak banget budaya patriarki yang dilakukan khususnya di keluarga hanya karena terbiasa melakukan hal itu. Bersyukur banget, sekarang lingkungan di sekitarku sudah terbuka mengenai konsep kesetaraan gender.

1 Like

Pastinya masih ada, sesimple pas lagi nyetir di jalan. Kalau ada mobil yang jalannya gak bener atau oleng sedikit, ada aja yang komentar “pasti perempuan tuh yang bawa”, seolah-olah cuma laki-laki yang paling bisa nyetir. Yang paling bikin gregetan emang pola pikir kayak gini sih :

Menurut aku udah ketinggalan jaman banget kalo mikirnya gitu terus. Masak, nyuci, ngepel itu pekerjaan yang seharusnya gak memandang gender karena itu basic life skill. Cara aku nyikapin kasus kayak gini sih biasanya dengan langsung ngomong kalau aku gak nyaman dengan perlakuan kayak gitu dan sebisa mungkin selalu edukasi diri aku sendiri dan orang-orang terdekat aku supaya paham kalo perempuan itu setara sama laki-laki.

1 Like

untuk budaya patriarki mungkin sudah tidak cocok lagi dengan identitas negara kita, bahkan ra kartini sudah berjuang untuk menselaraskan martabat wanita dengan pria. Sehingga budaya seperti ini kelihatannya hampir sama dengan sistem kerajaan, dan itu bertolak belakang dengan negara kita yang berdemokrasi.

1 Like

Setuju sama pernyataan ini. Kasian banget kalau ngeliat perempuan yang dia tidak hanya aktif di rumah tapi juga punya kegiatan khusus di luar,seperti bekerja, ikut suatu komunitas, dll, pulang sudah cape beraktivitas terpaksa tidak bisa langsung istirahat karena masih ada pekerjaan rumah yang semuanya diserahkan ke dia. Kalau menurutku sih, laki-laki bukannya tidak bisa melakukan pekerjaan rumah seperti itu, tapi terlalu gengsi karena ya anggapan di masyarakat kita yang lebih layak mengerjakan hal-hal seperti adalah perempuan.

1 Like

Di kehidupanku sendiri, budaya patriarki ini sepertinya masih cukup kental di masyarakat Indonesia. Seperti yang telah dijabarkan oleh teman teman, kasus yang sering aku temui hampir sama, yaitu tentang perbedaan antara anak laki laki dan perempuan ketika berada di rumah. Orang tua yang masih menganggap bahwa perempuan harus bisa mengurus rumah, tidak boleh ini tidak boleh itu, sdangkan anak laki laki dibebaskan dari pekerjaan rumah dan dibebaskan pula untuk memiliki kehidupannya sendiri. Budaya patriarki ini seolah menempatkan laki laki lebih tinggi daripada perempuan. Sehingga mereka mewajarkan hal hal yang selama ini terbentuk di masyarakat. Untuk itu, menurut saya cara yang dapat diatasi yaitu di mulai dari diri sendiri, setiap individu harus mempunyai pemikiran bahwa laki laki dan perempuan memiliki kedudukan dan kebebasan yang sama. Setelah diri kita sendiri telah sadar akan hal itu, maka kita dapat sedikit demi sedikit mengubah kebiasaan dan pola pikir orang orang disekeliling kita untuk bisa menerima adanya kesetaraan gender melalui perbuatan yang kita lakukan.

1 Like

Yupss aku setuju sama pendapat temen-temen di atas. Masih banyak orang yang memandang sebelah mata dan menganggap wajar kalau pekerjaan rumah itu merupakan pekerjaan perempuan. Padahal seharusnya perkejaan rumah merupakan pekerjaan bersama. Di Indonesia masi kental dengan budaya patriarki karena sampai sekarang masi banyak orang yang membiasakan pola pikir seperti itu.

Ini aku setuju banget. Jadi pernyataan di atas merupakan tips untuk mengubah stigma orang-orang kalau sebenernya tuh kedudukan laki-laki dan perempuan itu sama dan pekerjaan rumah itu bukan cuman jadi pekerjaan perempuan. Nah kalo masih ada juga laki-laki atau bahkan perempuan yang masih berpikiran seperti itu, kita jangan takut untuk bersuara. Karena kalau tidak, mau sampai kapan pola pikir mereka seperti itu terus?

Hey! I totally agree with your statement. Pekerjaan rumah bukan hanya untuk perempuan belaka. Puji Tuhan, sedikit dari keluargaku yang menanamkan mindset ‘pekerjaan rumah = harus dihandle perempuan saja = laki laki gak usah kerjain pekerjaan rumah’, walau tak dipungkiri masih banyak keluarga diluar sana yang menanam mindset seperti itu. Tapi disinilah peran kita sebagai anak muda, di mana kita bisa mencoret mindset tersebut, dan menggantinya dengan yang lebih baik lagi.

1 Like

gua setuju sama statement yang penulis kasih. pekerjaan rumah ga melulu harus wanita, dan beruntung sekarang ada gerakan feminis yang mendukung kesetaraan gender. kita sebagai anak muda harus buka mata dan pikiran untuk menghapus stigma kalo cuma perempuan yang berurusan dengan pekerjaan dalam rumah dan perilaku patriarki lainnya, karena pada dasarnya kita perempuan dan laki- laki adalah setara.