Berkurangnya gigi pada lansia meningkatkan risiko demensia

Berkurangnya gigi pada lansia mungkin cukup umum terjadi karena gigi pada lansia tidak sekuat dulu. Namun, tahukah Anda bahwa berkurangnya gigi pada lansia akan meningkatkan terjadinya risiko demensia? Benarkah seperti itu? Yuk, simak ulasannya berikut ini.

Dilansir dari NCBI dan WebMD, sebuah studi di Jepang menemukan adanya kaitan antara kehilangan gigi (gigi rontok) dikaitkan dengan peningkatan risiko demensia pada orang yang lanjut usia. Studi tersebut melibatkan lebih dari 1.566 lansia di Jepang yang dipantau kesehatannya selama lima tahun, mulai dari 2007 hingga 2012. Para lansia tersebut sebelumnya dinyatakan bebas dari demensia.
Peneliti melakukan penyesuaian peningkatan risiko demensia dan Alzheimer dengan beberapa hal berikut:
Usia
Jenis kelamin
Pekerjaan
Riwayat tekanan darah tinggi
Stroke atau diabetes
Tingkat pendidikan
Konsumsi rokok dan alkohol
Seberapa sering menyikat gigi
Masalah gigi (gusi bengkak atau gusi berdarah)
Kunjungan rutin ke dokter gigi
Pada awal penelitian, peneliti menetapkan empat kategori sesuai dengan jumlah gigi mereka, yang berkisar masing-masing 20 atau lebih. Selama lima tahun, 11,5 persen lansia mengalami beberapa jenis demensia, termasuk penyakit Alzheimer dan demensia vaskular, yang terjadi ketika sebagian otak tidak mendapatkan cukup darah yang membawa oksigen dan nutrisi yang dibutuhkannya sehingga menyebabkan sel saraf otak memecah.
Para peneliti menemukan beberapa kemungkinan munculnya demensia, yaitu:
Perkembangan demensia meningkat 91% bagi lansia yang memiliki 1 sampai 8 gigi yang tersisa
Perkembangan demensia meningkat 62% bagi lansia yang memiliki 10 sampai 19 gigi yang tersisa
Hasilnya, ada dua kemungkinan yang disebabkan oleh berkurangnya gigi pada lansia, yaitu penyakit Alzheimer dan demensia vaskular. Dari penelitian tersebut, 42 orang dari seluruh peserta penelitian menderita demensia vaskular.