Bagaimana Pendapat Kalian soal Toxic Femininity dan Toxic Masculinity Serta Cara Menyikapinya?

Toxic Feminism dan Toxic Masculinity adalah istilah - istilah yang mengacu pada pandangan - pandangan terhadap perempuan dan laki - laki dalam masyarakat. Pertama - tama, Toxic Masculinity mengacu pada pandangan bahwa para pria atau kaum laki - laki diasosiasikan sebagai kaum yang kuat yang digambarkan harus memiliki karakter kekerasan, agresif secara seksual, ataupun tidak boleh menunjukan emosi. misalnya sejak kecil, tradisi patriarkhi mengarjarkan kaum laki - laki jika menangis itu bukan natur dari laki - laki padahal menagis itu adalah salah satu ungkapan emosi yang normal atau contoh lainnya menganggap memasak atau membersihkan rumah itu mutlak tanggung jawab wanita saja.

Di sisi lain, ada pula istilah toxic femininity yang dimana pandangan ini juga sama beracunnya dengan toxic masculinity. pandangan mengenai hal - hal yang identik dengan perempuan seperti mengasosiasikan perempuan hanya dengan kegiatan - kegiatan seperti memasak, membersihkan rumah, mengurus anak, dan mencuci yang intinya menghambat kaum perempuan untuk berkembang. selain itu toxic femininity juga tidak mendukung perempuan untuk berkarier di luar rumah yang artinya ruang terhadap wanita begitu dibatasi di dalam rumah saja, yang dimana padahal banyak sekali perempuan yang bisa memberikan perubahan dan menduduki jabatan - jabatan terkemuka seperti Margaret Thatcher, mantan perdana menteri Inggris ataupun Indira Gandi yang merupakan mantan Perdana Menteri India.

Lalu bagimana pendapat kalian dalam menanggapi isu toxic femininity dan toxic masculinity serta bagaimana kalian menyikapinya ?

Toxic Feminity dan Toxic Masculinity memang masih banyak kita jumpai di lingkungan sekitar. Masih banyak orang yang menggolongkan sikap dan kegiatan berdasarkan gender, padahal sebenarnya bisa dilakukan baik oleh perempuan atau laki-laki. Namun, pemikiran yang sudah mengakar kuat membuat masyarakat kita tutup mata akan hal itu. Menurut saya kegiatan memasak, membersihkan rumah, mengurus anak, mencuci, dll adalah basic life yang perlu dikuasai semua orang, tidak terkhusus untuk perempuan. Keluarga saya tidak mengajarkan anak-anaknya untuk membeda-bedakan pekerjaan rumah tangga berdasarkan gender. Ibu saya handal menggunakan perkakas, ayah saya suka membersihkan rumah dan mencuci, kakak laki-laki saya pintar memasak. Dengan begitu, mereka mengajarkan saya untuk tidak membeda-bedakan peran yang berujung pada Toxic Feminity dan Toxic Masculinity.

1 Like

bahkan dalam keluarga ku saja masih terjadi fenomena ini. mereka menganggap bahwa perempuan cukup berpendidikan standar saja. tidak perlu tinggi-tinggi nanti tidak ada laki-laki yang mendekati karena minder dan mereka memberikan beberapa contoh orang yang mengalami hal tersebut. aku tidak tau aku yang terlau berpikiran idealis atau mereka yang tidak open minded sehingga meluncurkan perkataan seperti itu. kerap kali pernyataan “perempuan tidak usah memiliki cita-cita tinggi” menjadi hal yang tidak asing lagi di keluargaku. dan itu sangat-sangat membuatku muak akannya. sehingga aku lebih memilih untuk pergi sejauh mungkin dari perkumpulan keluarga, sekolah merantau salah satunya.
menurutku, semua orang punya pilihan atas kehidupannya. mereka berhak memilih karakter seperti apa yang mereka inginkan tanpa dikte orang lain. toxic femininity dan toxic masculinity, orang-orang yang seperti itu yang membuat negara tidak maju. SDM yang tercipta terhalang oleh paham tersebut sehingga ya stagnan jadinya.

1 Like