Bagaimana Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea Batatas Var. Ayumurasaki) sebagai Inhibitor Korosi?

Komponen bioaktif antosianin ekstrak ubi jalar ungu ( ipomoea batatas var. Ayumurasaki ) terbaik pada lama ekstraksi 18 jam dengan karakteristik kadar antosianin, total fenol, kapasitas antioksidan dan aktivitas antioksidan bertutut: 48,494 mg/100 g; 5,219 g GE/100 g bahan; 81,009 g/100 g; 6,108 g GE/100 g. Bagaimana Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea Batatas Var. Ayumurasaki) sebagai Inhibitor Korosi?

Menurut Harborne (1987) ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda. Prinsip ekstraksi adalah melarutkan senyawa polar dalam pelarut polar dan senyawa non polar. Secara umum ekstraksi dilakukan secara berturut-turut mulai dengan senyawa pelarut non polar (n-heksan) lalu pelarut yang kepolarannya menengah (diklor metan atau etil asetat) kemudian pelarut yang bersifat polar (metanol atau etanol). Ekstraksi digolongkan ke dalam dua bagian fase yang diekstraksi yaitu ekstraksi cair-cair dan ekstraksi cair padat, ekstraksi cair padat terdiri dari beberapa cara yaitu maserasi, perkolasi dan ekstraksi sinambung.

Dalam metode ekstraksi bahan alam, dikenal suatu metode maserasi. Maserasi merupakan metode ekstraksi yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam sampel dalam pelarut organik. Pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif sehingga zat aktif akan larut. Karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Keuntungan metode ekstraksi ini, adalah metode dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan (Cheong dkk, 2005).

Metode maserasi merupakan salah satu metode ekstraksi bahan alam yang menggunakan lemak panas, akan tetapi lemak-lemak panas itu telah diganti dengan pelarut-pelarut organik yang mudah menguap. Penekanan utama pada maserasi adalah tersedianya waktu kontak yang cukup antara pelarut dan jaringan yang diekstraksi (Guether, 1987).

Ekstrak Ubi Jalar Ungu ( Ipomoea Batatas Var. Ayumurasaki ) sebagai Inhibitor Korosi


Saat ini mulai banyak penelitian yang mengarah ke penemuan sumber baru sebagai inhibitor korosi terutama dari bahan alami. Penggunaan bahan- bahan alam menjadi kunci utama dalam inovasi pembuatan inhibitor pada saat in, karena bahan alam sifatnya dapat diperbaharui (renewable). Dengan menggunakan ekstrak tanaman yang kaya akan senyawa kimia dimana disintesis secara alamiah dalam artian bersifat biodegradable dan dapat diekstrak dengan proses sederhana serta biaya yang rendah mampu bersaing dengan inhibitor anorganik yang pengaruhnya cukup buruk terhadap lingkungan (Abiola O. B. & Tobun Y., 2010).

Para peneliti terdahulu sudah mulai banyak merambah riset yang bertemakan green corrosion inhibitor . Inhibitor organik pada umumnya berasal dari ekstrak bahan alami yang mengandung atom N, O, P, S dan atom- atom yang mempunyai pasangan eletron bebas. Unsur- unsur yang mengandung pasangan bebas ini nantinya dapat berfungsi sebagai ligan yang akan membentuk senyawa kompleks dengan logam (Beni Hermawan, 2007). Hampir keseluruhan bagian dari tanaman bermanfaat sebagai inhibitor. Mulai dari ekstrak daun, kulit buah, biji, buah, kulit pohon, batang dan akar telah mulai diteliti efektifitasnya sebagai inhibitor korosi di lingkungan korosif yang berbeda- beda. Bagian tanaman yang paling sering diteliti adalah daun. Ekstrak bahan alam mempunyai aktivitas untuk menghambat laju korosi karena memiliki kandungan senyawa heterosiklik. Pada senyawa organik salah satunya terdapat zat antioksidan. Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan eletronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan,

sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut bisa dihambat (Heri Winarsih, 2007). Zat antioksidan didefinisikan sebagai senyawa yang dapat menunda, memperlambat, dan mencegah proses oksidasi. Dengan kata lain, dengan adanya senyawa antioksidan pada lingkungan korosif, dapat menghambat laju terjadinya korosi (Rangga Adi Putra, 2011).

Daya inhibisi dari suatu senyawa organik terhadap korosi pada logam bergantung pada kemampuannya melepas elektron, jumlah elektron yang tidak berpasangan, kabut π elektron, sistem cincin aromatik, atau jenis grup fungsional yang mengandung unsur - unsur grup V dan VI dalam table periodik. Grup fungsional yang biasanya dipakai sebagai inhibitor adalah gugus hydroxi (- OH), epoxy (- C- O- C- ), amine (- C- N- C- ), amino (- NH2), thiol (- C=S-), dan gugus fungsi lainnya terdapat dalam literatur (Mansfeld F. Marcus P., 2006).

Polifenol dan asam amino merupakan contoh dari gugus fungsi onal yang biasanya digunakan. Perlindungan logam oleh polifenol dan asam amino terjadi melalui tiga mekanisme, yaitu adsorpsi secara fisika, adsorpsi secara kimia, dan pembentukan lapisan pada permukaan logam. Adsorpsi secara fisika berlangsung dengan cepat, karena interaksi elektrostatik antara permukaan logam yang memiliki charge positif dengan polifenol yang memiliki charge negatif, reaksi yang terjadi bersifat reversible . Adsorpsi secara fisika ini mudah terlepas akibat gangguan mekanis dan peningkatan temperatur. Sedangkan adsorpsi secara kimia bersifat lebih stabil, tidak sepenuhnya reversible , dan berlangsung dengan lambat. Semakin tinggi temperatur biasanya mengakibatkan peningkatan adsorpsi dan inhibisi. Adsorpsi secara kimia merupakan aktivitas transfer atau berbagi elektron antara polifenol atau asam amio dan permukaan logam, sehingga menentukan kemampuan inhibisi.

1 Like