Ada dua metode pembibitan yang dapat dilakukan yaitu pembibitan alami dan pembibitan buatan. Pada pembibitan secara alami, seluruh rangkaian proses pembibitan terjadi secara natural tanpa bantuan manusia. Berbeda dengan pembibitan buatan, di mana kita harus menyuntikkan hormon tertentu ke tubuh ikan lele agar ikan tersebut sehingga dapat mencapai kematangan gonad.
Berikut langkah-langkah pembibitan ikan lele:
1. Pemilihan Ikan Lele Indukan
Ikan lele yang akan dijadikan sebagai ikan indukan harus mempunyai kualitas yang bagus. Ciri-ciri indukan ikan lele yang unggul antara lain asal usulnya jelas, berumur sekitar 1-2 tahun, berat tubuhnya lebih dari 1 kg, gerakannya agresif/lincah, badannya mengkilap, memiliki postur yang gemuk, tidak mempunyai cacat, dan tingkat pertumbuhannya cepat.
Ikan lele jantan yang telah matang secara gonad biasanya memiliki alat kelamin yang membesar, bengkak, berwarna kemerah-merahan, dan terdapat bintik-bintik yang berkelir putih. Sedangkan pada ikan lele betina yang telah matang gonad, ikan tersebut memiliki lubang kelamin yang memerah dan membesar dengan perut yang juga membesar dan cenderung lembek. Jika perut lele betina ini diurut sampai ke anus maka akan mengeluarkan telur.
2. Adaptasi Ikan Lele Jantan dan Betina
Kedua jenis ikan lele yang akan dipijahkan perlu dikondisikan terlebih dahulu dengan cara menempatkannya di kolam khusus indukan secara terpisah. Usahakan kolam tersebut mempunyai sirkulasi air yang lancar untuk mencegah ikan-ikan di dalamnya mengalami stres. Adapun padat tebar ikan yang disarankan adalah 2 kg/m2.
Selama masa karantina, indukan ikan lele harus diberi pakan yang mengandung gizi tinggi. Selain pelet khusus, Anda juga bisa memberinya makanan berupa limbah rumah tangga. Pemberian pakan dilakukan sebanyak 1-2 hari sekali. Disarankan pula untuk memasukkan beberapa tanaman air ke dalam kolam.
3. Pembuatan Kolam Pembibitan dan Penetasan Telur
Anda bisa menggunakan kolam terpal seluas 2 m2 sebagai kolam pembibitan/pemijahan. Kedalaman kolam yang baik berkisar antara 60-80 cm. Selanjutnya masukkan 3-4 kakaban berupa ijuk yang diapit dengan bambu untuk sarana tempat meletakkan telur. Tindihlah kakaban tersebut memakai batubata supaya posisinya tenggelam di dasar kolam.
Langkah berikutnya ialah membuat kolam khusus penetasan telur agar jumlah telur yang menetas lebih maksimal. Ukuran kolam penetasan telur yang dianjurkan yaitu 3 x 2 m dengan kedalaman 30 cm. Kolam ini terbuat dari material beton yang dibangun di tempat yang teduh dan tenang. Disarankan buatlah kolam penetasan telur secara indoor agar tidak terjadi perubahan suhu secara ekstrem.
Sumber