Bagaimana cara menghadapi orang yang selalu merasa benar?

images

Setiap individu pasti memiliki sifat dan karakter masing-masing. Tak jarang juga beberapa sifat dan karakter tersebut bisa diterima oleh orang lain. Pasti diri kita juga pernah merasa rishi dengan orang lain, bahkan sampai berselisih paham. Salah satu contohnya yaitu berdebat dengan seseorang yang selalu merasa pendapatnya lah yang paling benar.

Orang dengan sifat tersebut cenderung selalu bersikeras untuk menjadi yang paling benar dan menegaskan sudut pandangnya meskipun dirinya sebenarnya belum tentu benar. Berurusan dengan orang dengan karakter seperti itu terkadang membuat kita frustasi dan kesal.

Nah, menurut Youdics, bagaimana cara menghadapi orang yang selalu merasa benar?

Setiap orang pasti pernah mengalami suatu kondisi berdebat dengan seseorang yang merasa pendapatnya selalu benar. Dikutip dari Reader’s Digest, pada dasarnya orang yang merasa selalu benar sebetulnya ingin menutupi rasa takut dirinya terlihat tak sempurna. Saat berhadapan dengan orang yang seperti itu ada cara yang bisa dilakukan :

  • Mencoba tegas namun tetap santai.
  • Penuhi dengan bukti yang kuat agar lawan bicara tidak mematahkan argumen yang kita berikan.
  • Mengutamakan fakta daripada opini agar tidak bisa dibantah.
  • Menghindari menyindir agar tidak tampak kecil di hadapan lawan bicara.
  • Memikirkan beberapa kemungkinan dan tidak ada salahnya untuk mengalah jika perdebatan yang didebatkan tidak penting.

Orang yang selalu merasa benar bisa dibilang termasuk orang yang keras kepala dan ambisius yang merupakan salah satu ciri khas kepribadian korelis. Tidak seperti orang sanguin yang ramah dan bersahabat, orang koleris cukup sulit dihadapi atau paling tidak, jangan sampai menghadapinya dengan cara yang salah.
Kalo berdasarkan pengalamanku, caraku menghadapi orang yang keras kepala dan selalu merasa benar akan lemah dengan data. Kalo secara argumen narasi udah ngga bisa, keluarkan “senjatanya” yaitu data, karena orang korelis tuh menyukai sesuatu yang berdasarkan data. Maka seperti yang aku bilang tadi, argumen mereka akan lemahketika kita menggunakan data dalam argumen kita

Berdebat dengan seseorang yang merasa dirinya selalu benar itu merupakan salah satu ujian hidup dalam kehidupan sehari-hari. Ketika kita memilih untuk meladeni perdebatan itu, tentunya kita akan lelah sendiri karena argumen kita pasti terus akan dibantah sesuai dengan argumen yang ada di isi kepalanya. Tapi jika dibiarkan, kita akan merasakan ketentraman batin dalam menjalani hari, namun untuk orangnya sendiri pasti tidak akan berubah dan merasa salah jika ia terus mendapatkan kepuasan dirinya atas perasaan selalu benarnya itu. Serta bisa jadi Ia akan tumbuh menjadi orang yang tidak bisa menghargai orang lain, dan egois.

Jadi jika kita dihadapkan dengan orang seperti itu, alangkah lebih baiknya memang meladeni perdebatan itu dengan argumen kuat yang dilandasi bukti yang akurat, agar argumen kita tidak dapat dibantah seenaknya. Dengan begitu akan tumbuh rasa malu ketika harus terus melakukan perdebatan karena ternyata orang tersebut berada di posisi yang salah.

Jangan Mau Dikendalikan

Jika dia terus-terusan mengoreksi kamu seolah dia sang pemilik kebenaran, cobalah tetap tenang dan lihat apakah yang dia katakan itu kebenaran atau hanya ingin mengoreksi kamu sesuai egonya saja. Jika kamu sudah benar, maka abaikan saja. Anggap dia tidak pernah bicara apa-apa.

Kalau punya bukti jika apa yang kamu lakukan sudah tepat, jangan ragu untuk menunjukkannya. Selain untuk membungkamnya, cara ini pun bisa menunjukkan jika kamu tidak bisa dikendalikan begitu saja.

Terus Perbaiki Diri

Daripada sibuk memikirkan ocehannya, sebaiknya kamu fokus perbaiki apa kekuranganmu, dan maksimalkan segala kelebihan yang kamu miliki. Mulai sekarang, lebih hati-hati lagi dalam melangkah. Sebelum punya data-data yang akurat, sebaiknya diam saja.

Hal ini dilakukan untuk mencegah atau mengurangi risiko temanmu yang menyebalkan tersebut terus berkomentar, dan mencemooh kesalahan yang mungkin kamu lakukan.

Jaga jarak!

Kalau sudah tidak tahan dengan ocehannya , cobalah untuk membuat jarak dengannya. Misalnya, membatasi waktu berinteraksi dengannya, tidak berbincang dengannya kecuali untuk hal yang sangat penting dan mendesak, serta perbanyak bergaul dengan orang lain.

Menjaga jarak dengannya bisa dijadikan sebagai hukuman, sekaligus peringatan jika apa yang sudah dia lakukan sudah sangat keterlaluan.

Jujur Kalau Kamu Nggak Nyaman

Jika sudah menjaga jarak, dan dia masih saja nempel sama kamu, langkah terakhir yang bisa kamu lakukan adalah, jujur saja jika kamu tidak nyaman dengannya. Memang sulit sih, tapi ini harus dilakukan agar dia tahu kalau sikapnya sudah sangat keterlaluan, dan bisa membawa pengaruh buruk bagi orang lain.

Jangan lupa, katakan alasan apa yang membuat kamu tidak nyaman. Dengan cara ini, dia mungkin akan mengerti, dan mudah-mudahan saja bisa membuatnya berubah .

Kalau cara-cara itu tetap tidak mengubah situasi tersebut ya biarkan saja, membuang-buang waktu yang berharga hanya untuk seseorang dengan pendirian yang merasa benar tidak akan ada habisnya. Cukup mengiyakan saja yang membuat mereka senang agar pembicaraan cepat berakhir. Bukankah yang dia inginkan adalah pengakuan bahwa dirinya benar ?

Referensi

Tips Pintar Menghadapi Teman yang Selalu Merasa Benar | MyMilk.com