Istilah burnout pertama kali dikemukakan oleh Freudenberger (1974) yang merupakan representasi dari sindrom psychological stress yang menunjukkan respon negatif sebagai hasil dari tekanan pekerjaan. Sedangkan Cordes & Dougherty (1993) mendeskripsikan burnout sebagai gabungan dari tendensi psikis, yaitu kelelahan emosional (emotional exhaustion ), penurunan prestasi kerja ( reduced personal accomplishment ), dan sikap tidak peduli terhadap diri sendiri dan karir ( depersonalization ).
Maslach, dkk (2001) juga menyampaikan definisi senada, yaitu Burnout adalah respons yang berkepanjangan terhadap stres emosional dan interpersonal kronis pada pekerjaan, dan didefinisikan oleh tiga dimensi kelelahan ( exhaustion ), sinisme ( cynism ), dan kehilangan efikasi diri ( inefficacy ). Seseorang berada dalam situasi akan membuat mereka merasa kehabisan energi, tidak lagi merasakan antusiasme terhadap pekerjaan.
Ada beberapa poin penting yang harus selalu diingat dan tidak bisa dipisahkan ketika menjelaskan burnout: (1) Burnout ditandai dengan terjadinya kelelahan secara fisik dan mental dan ini yang disebut sebagai exhaustion . (2) ditandai dengan terjadinya cynism atau depersonalization , yaitu sikap tidak peduli terhadap diri sendiri dan karir, dan (3) menurunnya prestasi kerja ( reduced accomplishment ).
Faktor-fator yang Mempengaruhi Burnout
Leiter & Maslach (dalam Pulungan, 2014) menyatakan burnout biasanya terjadi karena adanya ketidaksesuaian antara pekerjaan dengan pekerja. Maslach, dkk (2001) kemudian menyebutkan ada dua hal yang sangat mempengaruhi terjadinya burnout pada seseorang ketika bekerja. Pertama adalah faktor lingkungan kerja (situational predictors) dimana hal ini dibagi menjadi enam dan kedua adalah faktor individual. Berikut penjelasan secara rinci terkait hal tersebut:
-
Situational Predictors
-
Work Overload atau Underload
Work overload disebut juga kelebihan beban kerja. Work overload kemungkinan terjadi akibat ketidaksesuaian antara pekerja dengan pekerjaannya. Underload adalah kondisi pekerjaan yang bersifat monoton atau kurang variasi.
-
Control
Control yang dimaksud adalah keadaan dalam lingkungan kerja dimana memiliki kontrol yang terlalu mengekang terhadap pekerja. Semua orang memiliki keinginan untuk memiliki kesempatan dalam membuat pilihan, keputusan, menggunakan kemampuannya untuk berfikir dan menyelesaikan masalah, dan meraih prestasi.
-
Reward
Reward biasa juga kita sebut sebagai hadiah atau penghargaan terhadap suatu pencapaian. Kurangnya apresiasi dari lingkungan kerja membuat pekerja merasa tidak bernilai.
-
Breakdown in Community
Breakdown in community atau dapat juga dikatakan konflik antara pekerja satu dengan yang lain. Pekerja yang kurang memiliki rasa belongingness terhadap lingkungan kerjanya (komunitas) akan menyebabkan kurangnya rasa keterikatan positif di tempat kerja.
-
Job Fairness
Job fairness yang dimaksud disini adalah keadilan dalam bekerja. Perasaan tidak diperlakukan tidak adil juga merupakan faktor terjadinya burnout
-
Values
Values atau nilai-nilai yang dianut oleh seorang individu terkait apa yang dianggap baik dan buruk serta benar dan salah. Seorang pekerja dituntut untuk melakukan suatu pekerjaan yang bertentangan dengan nilai-nilai.
-
Faktor Individual
Faktor individu meliputi faktor demografis. Faktor demografis terdiri dari jenis kelamin, etnis, usia, status perkawinan, latar belakang pendidikan; faktor kepribadian seperti tipe keperibadian introvert atau extrovert, konsep diri, kebutuhan, motivasi, kemampuan dalam mengendalikan emosi, locus of control (Leiter & Maslach, 2001; Leiter & Maslach, 2005).