Apakah Nonton Drama Korea Merupakan Salah Satu Bentuk Hegemonisasi?

Pertama-tama, kita jelaskan dulu apa itu hegemoni. Hegemoni menurut KBBI adalah pengaruh kepemimpinan, dominasi, kekuasaan dan sebagainya oleh suatu negara atas negara lain (atau negara bagian). Terdapat pembeda penting yang diungkapkan oleh Gramsci yaitu, kultur turut serta disebutkan dalam fenomena ini.

Korea sendiri memiliki banyak produk yang bisa dinikmati di Indonesia. Tidak hanya drama, ada film, music, reality dan variety show, fashion, dll. Di sini kami akan memfokuskan tentang drama Koreanya saja yang selanjutnya akan disebut sebagai K-drama. K-drama sendiri tidak hanya dinikmati oleh penduduk Indonesia, tapi seluruh dunia menikmatinya. Mereka terpikat oleh apa yang disebut sebagai kewajaran alur cerita (yang tidak ada di sinetron Indonesia). Secara konten, K-drama juga memiliki genre yang beragam, ada yang horor, romantis, misteri, thriller , slice of life, dll.

Selain disuguhi dengan segi cerita yang menarik, pemain K-drama dipenuhi oleh aktris dan actor dengan paras rupawan, yang membuat mereka menjadi sosok ideal bagi penontonnya. Lalu penonton berbondong-bondong mengikuti cara berpakainnya yang memang sangat menarik.

Semua K-drama, biasanya selalu menampilkan mobil dan gawai yang sama, yang menunjukkan identitas mereka. Tak hanya produk, berbagai tempat wisata dan kota dijadikan latar belakang yang membuat penonton ingin datang ke tempat tersebut. Kemudian makanan yang dimakan oleh pemainnya, seolah-olah kita ingin memakannya juga. Oleh karena itu, bisa dibilang bahwa K-drama adalah etalase bisnis yang cukup menjanjikan. Karena imbasnya adalah kenaikan sektor ekonomi dari kedatangan turis yang semakin meningkat ke Korea Selatan.

Jadi, bisa disimpulkan bahwa melalui K-drama, Korea Selatan bisa dibilang cukup sukses melakukan hegemoni sekaligus diplomasi dalam berbagai aspek strategis, dari industri hingga budaya yang efeknya sangat sulit untuk dicegah. Oleh karena itu, bagaimana menurut kalian cara menyikapinya?

Memang tidak dapat dipungkiri jika industri entertainment Korea Selatan kini semakin merajalela di Indonesia dan dunia dalam bentuk musik - musik Kpop (boyband dan girlband), drama dan film, serta kebudayaan Korea lainnya seperti makanan, trend fashion, dan lain sebagainya. Untuk fokus dari diskusi ini, mari kita lihat sejenak bagaimana industrik drama dan Film Korea bisa begitu sukses. Pertama - tama formula untuk meracik drama Korea sendiri juga sangat rumit karena harus menggabungkan perpaduan antara bintang yang tepat, alur cerita, genre, ide cerita, pesan kuat, variasi, dan juga hal lainnya seperti soundtrack. Hal inilah yang menjadikan drama - drama Korea tidak monoton dan memiliki nilai daya tarik tersendiri di pasaran entertainment dunia. sama halnya dengan film. Mereka tidak melulu menjual tampang dari aktor dan aktris yang bermain di dalamnya tetapi juga bisa menjual cerita - cerita yang menarik dari berbagai genre seperti horror, romance, thriller, action, historical, dan lain sebagainya.

Lalu menurut hasi penelusuran saya di berbagai sumber, K-drama sendiri saat ini bisa dikatakan ’ lebih unggul ’ dari J-Drama dan Chinese Drama karena faktor - faktor diatas tadi. Misalnya saja, dari kualitas akting, Khalayak menilai para aktor dan aktris di K-Drama lebih natural daripada kualitas akting dari aktor dan aktris dari J-Drama yang dianggap kaku dan sedikit dipaksakan. Lalu dari segi variasi cerita pun, K-Drama juga menyuguhkan alur yang tidak monoton, dibandingkan dengan J-Drama yang kebanyakan selalu membuat drama dari adaptasi light novel, manga, atau anime.

Lalu benarkah jika K Drama adalah suatu bentuk hegemoni ? Jika kita melihat fenomena ini dari kacamata cultural studies terutama dari circuit of culturenya Stuart Hall, maka bisa dibilang fenomena K-Drama ini adalah sebuah hegemoni di bidang ekonomi. Bukan rahasia umum lagi jika Korea Selatan menjadikan K-Drama sebagai sebuah ’ modal ’ untuk promosi pariwisata ke negaranya melalui penggambaran - pemggambaran setting dalam drama - drama Korea yang begitu memikat penonton. Hal ini tentunya menjadi sebuah simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan antara pelaku industri entertainment dan pihak pemerintah Korea Selatan yang bertindak sebagai ’ produsen ’ yang memproduksi citra budaya Korea Selatan memalui entertainment dengan segala produk - produk jualan. Selain itu, Korea Selatan juga sudah sukses membawa industri entertainment mereka ke ranah yang lebih besar lagi yang otomatis juga menambah panga pasar mereka.

Tentu hal ini memang terjadi secara cepat dan massif di era globalisaso seperti ini dimana akses untuk melihat budaya - budaya luar semakin mudah dengan kehadiran Internet dan segala perangkat pendukingnya. Hal terbaik untuk menyikapi ini adalah dengan memilah - milah mana yang baik dan buruk dari budaya yang kita terima dan konsumsi tersebut. Tentunya menonton K-drama tidak ada salahnya, Tetapi dalam kadar yang sewajarnya. Jangan sampai kita terlarut dalam konsumerisme yang berlebihan terhadap K-Drama karena belum tentu semua yang di portray atau di gambarkan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

1 Like

Menurut saya bisa dikatakan demikian, baik secara ekonomi ataupun budaya. Akan tetapi permasalahnya adalah karena negara Indonesia sendiri merupakan termasuk negara paling konsumtif dan mudah menerima informasi dan hal baru, maka hegemonisasi tersebut, khususnya dari segi ekonomi akan sulit untuk dicegah.

Yang berbahaya dari hegemonisasi ini ialah dari segi budaya. Sering terjadi ketika seseorang menyukai budaya negara lain, membuatnya beranggapan bahwa budaya sendiri itu ketinggalan jaman dan tidak bagus. Bahkan bisa sampai membenci budaya sendiri. Dan tidak jarang hal tersebut menjadi konflik antar masyarakat.

Akan tetapi pada dasarnya nonton drama korea ataupun menggunakan produk luar negeri bukanlah hal yang tidak baik selama dilakukan dengan wajar. Maka dari itu pentingnya mensosialisasikan mengenai buruknya suatu hal yang berlebihan.

Benar. Padahal sebenarnya terdapat persamaan budaya antara (seperti yang kita bahas saat ini) Indonesia dan Korea Selatan. Misalnya, ketika bertemu dengan kenalan kita yang lebih tua kalau orang Korea membungkuk dan memberi salam sedangkan orang Indonesia memberi salam sekaligus cium tangan. Lalu ada tradisi pulang kampung, yang di Korea Selatan ketika hari Chuseok sedangkan di Indonesia ketika hari raya Idul Fitri.

Akan tetapi, apakah sosialisasi itu cukup untuk mencegah hegemonisasi? Kalau iya, seperti apakah sosialisasi tersebut?

Benar. Saya setuju dengan pendapat ini. Akan tetapi, yang menjadi perbedaan mendasar antara K-Drama dan sinetron Indonesia adalah konten yang disajikan. Kita tahu sendiri bahwa kebanayakan sinetron dan tayangan di Indonesia menampilkan konten yang tidak menarik, berbelit-belit, bahkan terkesan norak. Apakah kita bisa merubah hal tersebut?

Karena tidak mudah untuk menyadarkan tersebut benar atau tidak, apabila kita sendiri belum bisa memberikan tontonan yang menarik?

Menanggapi @auliaar09

Menurut saya kenapa sinetron atau bisa dibilang tv series kita telihat tidak menarik karena ceritanya dibuat memanjang, muncul banyak karakter baru yang membingungkan, bingung yang jadi tokoh utamanya siapa saja, alur ceritan sangat panjang, konsep awalnya kurang jelas. Pengembangan cerita dilakukan terus menerus karena demi mencapai target rating penonton, sehingga jika sinetronnya laku akan terlus berlanjut.

Sedangkan Tv series korea mereka memikirkan matang matang sebelum proses produksinya, dari pengembangan tokoh, cerita, hingga soundtrack dan singer-nya juga dipikirkan dengan matang, episodenya cenderung pendek namun alurnya sangat jelas. Lalu ceritanya memiliki berbagai macam genre dan dari latar belakang yang berbeda tiap judul seriesnya, ada yang menceritakan tentang dunia kedokteran, Polisi, Tentara, Produser, Reporter, jaksa, hakim dan banyak hal lain. Yang tidak kalah menarik pada series yang mengandung unsur sejarah kerajaan dan perjuangan mereka saat melawan penjajahan jepang.

Mungkin series indonesia bisa memberikan variasi cerita yang lebih baru jangan hanya menceritakan tentang keluarga dan anak muda yang hanya ada drama dalam setiap seriesnya. Namun yang saya suka dari series indonesia adalah bagamana mereka juga membawakan pesan moral dan mengingatkan kita untuk dekat dengan agama, selalu bersyukur, dan sopan santun disetiap series mereka.

Negara seperti korea selatan dan misalnya juga singapura tau benar, negaranya tidak memiliki kekayaan alam yang melimpah untuk menghidupi negaranya. Berbeda dengan Indonesia yang memiliki kekayaan alam. Sehingga, korea selatan sangat fokus dan mendorong kualitas sumber daya manusia nya agar berkualitas dan dapat menghidupi negaranya.

Karena sebelumnya, mereka sudah mematangkan sumber daya manusia nya jadi, apapun yang diproduksi baik teknologi, seni, dan lain nya akan menghasilkan produk yang layak untuk digunakan secara internasional ditambah lagi pemerintahnya menekankan masyarakat untuk menggunakan produk dalam negeri. Sehingga, apakah ini termasuk hegemoni? jawaban nya iya.

Ya saya setuju dengan dikatakan aulia. Merupakan hal yang menarik juga melihat perbedaan dan kesamaan budaya dengan negara lain. Maka dari itu kalau misalkan tindakan tegas diambil, seperti “Menolak produk-produk negara A karena merupukan hegemonisasi”. Itu saya sangat tidak setuju dan tidak efektif juga, malah mengakibatkan pergesekan.

Bisa dikatakan cukup atau setidaknya dapat mengurangi. Hegemonisasi sendiri tidak hanya berasal dari korea saja, akan tetapi banyak dari negara lain juga. Maka bukan produknya yang harus dijauhkan, akan tetapi cara berfikir warga Indonesia yang perlu diubah, yaitu tindakan berlebihannya. Jika tidak demikian, maka hal tersebut akan terus terulang dengan produk-produk yang lainnya.

Menurut saya sosialiasasi yang dapat dilakukan ialah sama halnya seperti kita memerangi hoax. Dilansir dari Merdeka.com (2017) Terjadi penurunan hoax dimedia sosial lantaran diperangi secara bersama-sama baik itu dari masyarakat, kepolisian dan media masa.

Referensi

Dewan Pers: Berita hoax mulai berkurang | merdeka.com

Jujur saja, cara korea selatan memperkenalkan budaya dan karakteristik negara cukup berhasil. Dengan Kpop dan industri drama, membuat remaja Indonesia terbawa arus yang negeri gingseng berikan. Jika kita bandingkan dengan negara kita tercinta ini, kita masih berada dibawah korea selatan. Perkembangan industri musik dan sinetron/ftv/film di Indonesia sudah berkembang, tapi untuk menyamakan dengan korea selatan saat ini belum bisa.

Masih banyak media Indonesia yang menyajikan informasi kontroversial sebagai ajang dalam mencari konten demi rating, bukan semata-mata untuk mengedukasi.

Jadi cara menyikapi hegemoni korea selatan menurut saya dengan menikmatinya. Banyak diantara saya dan kalian ketika tertarik dengan suatu hal, pasti akan mencoba membuatnya dalam versi kalian. Pahami ungkapan amati tiru dan modifikasi, perlahan kita akan membuat negara kita setara dengan hegemoni korea selatan. Memungkinkan menjadi diatas korea selatan.

Betul. Mungkin karena sudah ada pasar, sinema produksi enggan untuk mengakhiri ladang uang dan mencoba membuat yang baru yang belum tentu disukai oleh masyarakat.

Sebenarnya semua tontonan yang kita lihat di televisi juga bergantung pada masyarakatnya. Ketika kita berpikir kenapa ada ftv hidayah di indosiar? Ya karena ada pasarnya. Masih ada masyarakat yang mungkin jumlahnya lebih besar dari yang kita tahu masih menonton acara tersebut.