Apakah nikah muda efektif untuk dilakukan anak muda di masa pandemi?

Nikah muda akhir ini bisa kita jumpai di televisi bahkan di kehidupan kita. Nikah muda dilakukan tentunya oleh anak muda yang tentunya sudah siap secara finansial dan mental. Nikah muda bukan berarti dibawah umur ya, karena tidak boleh anak dibawah umur menikah. Sejak masa pandemi ini pernikahan banyak terjadi terutama nikah muda. Sebagian orang tua menginginkan anaknya untuk segera menikah, apalagi orang tua yang mengalami penurunan finansial merasa ditakutkan tidak bisa membiayai anaknya terutama perempuan. Sehingga di masa pandemi, nikah terutama nikah muda menjadi alternatif.

Namun apakah nikah muda selalu efektif untuk dilakukan? karena tidak semua anak muda memiliki finansial dan mental yang stabil. Bahkan, nikah muda memicu sekali terjadinya perceraian seperti selebgram yang bercerai dan dilihat dari latarbelakangnya mereka nikah muda. Apakah perceraian jalan keluar ketika ada masalah dalam hubungan suami istri? tentunya tidak bukan. Menurut Youdics, kira-kira apakah masih efektif nikah muda? kira-kira apa saja yang biasanya rentan terjadi ketika nikah muda?

1 Like

tentu saja jawabannya tidak efektif. bahkan sangat sangat tidak efektif. dalam masa pandemi ini kita tahu banyak sekali warga/keluarga yang secara finansial terdampak akibat Covid-19. tetapi menikahkah anaknya untuk mengurangi beban keluarga itu bukan termasuk jalan keluar melainkan hal yang akan menimbulkan permasalahan baru dikemudian hari. menikah itu tidak mudah. sangat sakral sifatnya. tidak boleh dianggap main-main atau bahkan dianggap sebagai pelarian dari rumitnya suatu masalah. justru pada kehidupan setelahnya akan menemui banyak masalah yang lebih serius dan kompleks. menikah itu tidak hanya menyatukan dua insan tetapi juga menyatukan dua keluarga yang berbeda-beda. oleh sebab itu, perlunya pertimbangan yang sangat berat untuk diputuskan akan menikah atau tidak. pertimbangan itu harus dipikirkan secara matang-matang serta realistis jauh kedepannya. baik mempertimbangkan dari segi finansisal, mental dan lainnya agar masalah-masalah yang akan dihadapi nantinya dapat diatasi dengan baik.

permasalahan yang sering datang ketika seseorang menikah muda adalah ego yang masih sama-sama memuncak. dimana jiwa liar untuk inginnya bereksplorasi lebih jauh di masa remaja membuat dirinya lupa akan komitken pernikahan yang telah mengikatnya. sehingga tak jarang perceraian terjadi akibat kurang baiknya komunikasi yang dijalin serta ego atas diri sendiri yang masih menggebu-gebu. belum lagi untuk bagian mengurus anak. baby blues akan lebih banyak dialami jika sang ibu nantinya tidak siap menghadapi itu. alhasil pertikaian akan terjadi karena masalah yang dihadapi datang terus menerus. dan yang ditakutkan adalah perceraian menjadi keputusan yang diambil kemdian anak yang lahir menerima dampak buruk akibat perceraian tersebut seperti kurangnya kasih sayang dari kedua orang tua yang telah berpisah.

banyak jalan keluar yang bisa dilakukan selain menikah muda. generasi milenial yang sudah didampingi dengan kecepatan teknologi tentu bisa mengembangkan banyak kegiatan yang bermanfaat untuk membantu menyeimbangkan masalah finansial yang ada.

Menurut saya, pernikahan bukanlah suatu permainan dan terjadi bukan sebagai jalan kelaur. Menurut saya pernikahan adalah sebuah keputusan yang dibuat untuk memulai lembar cerita baru. Artinya, dalam hal ini pernikahan bukan sebagai jawaban akhir melainkan sebagai langkah awal.

Dalam UU Perkawinan No. 1 th 1974. Perkawinan/penikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria & wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia & kekal berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa. Alasan seseorang memutuskan untuk menikah & melangsungkan perkawinan (Turner dan Helms, 1991) :

  1. Komitmen untuk dapat memiliki secara sepenuhnya.

  2. Memberikan dukungan secara emosional yang diekspresikan dengan kasih sayang, kepercayaan & hubungan keintiman,

  3. Komitmen untuk bersama,

  4. Adanya rasa cinta,

  5. Ingin meraih kebahagiaan,

  6. Adanya dasar legitimasi seksual dan memperoleh keturunan

Dalam menikah juga penting diperhatikan tentang kesiapan usia. Pengaruh usia terhadap faktor psikologis dalam menjalin rumah tangga adalah berkaitan dengan kematangan emosi, kesiapan ekonomi, dan kematangan sosial. Sedangkan perkawinan dini yang tanpa didasari dengan persiapan matang baik secara fisik, mental, finansial, dllnya maka dapat menimbulan masalah fisiologis maupun masalah psikologis. Salah satunya adalah ketidaksiapn mental yang berujung ada ketidakmampuan kontrol emosi dan kurangnya saling pengertian maupun komitmen yang terjalin. Hal itu dapat menyebabkan timbulnya perceraian.

Sumber :
Warsi., N. (2018). Usia dan Perkawian (Bahan ajar Psikologi Perkawinan tidak diterbitkan). Malang: Unmer Malang.

Warsi., N. (2018). Pengantar Psikologi Perkawian (Bahan ajar Psikologi Perkawinan tidak diterbitkan). Malang: Unmer Malang.

aku adalah orang yang menentang nikah muda. karena aku perempuan, kebutuhan ku sangat banyak mulai dari ujung kaki hingga ujung kepala yang membuatku tidak mau bergantung dengan laki-laki. sangat banyak alasan orang untuk nikah muda, mulai dari masalah finansial, tentang keturunan, masalah sosial lingkungan dan mungkin masih ada alasan lain.
karena finansial yang ingin bebas dari aturan ekonomi keluarga, misalnya selama menjadi anak untuk beli ini beli itu ditahan oleh orang tua dengan alasan menghemat pengeluaran ataupun tidak ada uang. dengan pilihan menikah, dia beranggapan bisa memuaskan diri dengan membeli apa yang dia mau. padahal setelah berkeluarga dia akan tau rasanya ketika tidak memiliki uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
sangat banyak orang di Indonesia beranggapan dengan nikah muda akan mudah mendapatkan keturunan dan jarak umur anak dengan orang tua tidak menjadi jauh sehingga bisa sama-sama gaul atau mungkin bisa lebih memahami perasaan sang anak. mudah mendapatkan keturunan karena masih berada diusia produktif dan subur.
tuntutan lingkungan sosial yang selalu membanding-bandingkan kehidupan antara anak yang satu dengan anak tetangga lainnya juga menjadi pertimbangan seseorang untuk nikah muda. “eh temen SMA kamu itu minggu depan nikah lho, kamu kapan? nunggu apa lagi ? kamu kan perempuan. nanti juga ujung ujungnya kedapur. jangan kejar karir tinggi-tinggi nanti susah dapat jodoh. laki-laki mana mau sama perempuan yang levelnya lebih tinggi dari dia. blablabla dan lainnya”
sangat banyak orang yang memilih nikah muda dengan pertimbangan diatas. atau juga katanya menghindari zina. ya kan nikah ga sekedar urusan ranjang,dude. kalau nikah muda berlandaskan nafsu atau hanya menghindari zina, ga dulu deh. makasih.

Pandemi Covid-19 telah memperburuk beberapa pendorong sosial dan ekonomi utama pernikahan dini, seperti akses terbatas ke pendidikan, kehamilan dini, dan kemiskinan. Ketegangan ekonomi yang disebabkan oleh resesi pada masyarakat yang sudah rentan dan hilangnya pendapatan keluarga juga memaksa keluarga untuk menikahkan anak-anak muda mereka, menganggap mereka sebagai beban keuangan daripada pencari nafkah potensial.

Pernikahan muda juga dapat mendorong terjadinya pernikahan di bawah umur. Dilansir dari situs World Bank Blogs, dimana Women, Business and the Law menganalisis bagaimana undang-undang dan peraturan, termasuk kekerasan terhadap perempuan dan undang-undang perkawinan, memengaruhi pekerjaan dan kewirausahaan perempuan di 190 negara. Data terbaru yang dikumpulkan oleh tim menunjukkan bahwa mayoritas negara (168 dari 190) secara hukum menetapkan usia di mana anak perempuan dapat menikah tanpa persetujuan apa pun di atas usia 18 tahun. Namun, di 80% dari mereka (134 negara) anak perempuan dapat menikah pada usia yang lebih muda dengan persetujuan orang tua, hakim atau otoritas lain. Selanjutnya, di 55 negara, pernikahan anak di bawah umur yang dikontrak secara melanggar hukum tidak dianggap batal atau tidak dapat dibatalkan. Selain itu, 82 negara tidak menghukum individu karena memasuki atau mengizinkan pernikahan dini. Pernikahan dini di masa pandemi adalah hal yang harus dihindari.

Menurut saya nikah muda apalagi di masa pandemi itu tidak efektif. Terlebih lagi jika pernikahan itu dilakukan berdasarkan anggapan dengan berkeluarga maka kebutuhan hidup akan otomatis terjamin. Saya juga kurang mengerti bagaimana ekspektasi pelaku nikah muda di masa pandemi. Namun, semuanya kembali lagi pada tingkat kesiapan masing-masing individu. Sebelum menikah, kesiapan mental dan finansial adalah hal penting. Namun jika mereka sudah memahami betul konsekuensinya dan merasa pandemi bukanlah halangan, ya tidak masalah. Karena kondisi setiap orang tidak bisa disamakan, pertimbangan untuk melakukan nikah muda juga berbeda-beda. Beberapa kondisi tertentu mugkin dapat beradaptasi dan sebagian yang lainnya justru akan menimbulkan masalah baru.

Referensi

Child marriage: the unspoken consequence of COVID-19

Efektif tidaknya nikah muda di masa pandemi tergantung latar belakang dan sudut pandang masing-masing. Dalam menentukan keputusan akan menikah muda atau tidak, diperlukan pemikiran yang matang, tidak ada keterpaksaan, perencanaan yang matang, pemikiran akan dampak yang dirasakan, opsi ketika perencanaan tidak sesuai dengan kenyataan.

Pada aspek orang tua yang mengalami penurunan finansial merasa ditakutkan tidak dapat membiayai anaknya terutama perempuan lalu memutuskan anaknya untuk nikah muda, menurutku tidak baik. Anak dapat terserang mentalnya karena belum siap dan lain sebagainya. Pentingnya edukasi bagi orang tua untuk membangun pola pikir terbuka dan berbagai sudut pandang. Orang tua perlu memikirkan akan dampak kedepannya. Seperti yang kita ketahui nikah muda pun belum tentu menjamin anaknya hidup bahagia.Disini perencanaan yang matang benar-benar diperhatikan dan pemikiran dari berbagai sudut pandang. Dalam keadaan kekurangan finansial, pilihan menikah muda bisa dihindari. Orang tua dapat memberikan anaknya kebebasan untuk mengeksplor pengetahuannya. Terkait biaya, anak dapat mencoba beasiswa yang telah banyak beredar di tengah kecanggihan teknologi saat ini. Intinya jangan batasi ruang pikir dan sudut pandang. Pada akhirnya dengan keputusan karena pola pikir yang sempit dan terburu-buru seperti pada aspek nikah muda ini akan berdampak pada masa depan negara. Anak sebagai generasi bangsa berperan penting dalam kemajuan negara.

Menurut saya selama pasangan muda siap dengan apa yang mereka hadapi ke depannya, tidak masalah untuk menikah muda. Terkadang yang menjadi persoalan yaitu ada beberapa faktor yang di luar perkiraan pasangan muda. Menikah tentunya butuh biaya, tapi menurut saya menikah bukan persoalan materi. Namun, memang betul sebaiknya menikah dilakukan dengan persiapan jangka panjang yang matang. Di masa pandemi ini mungkin segala keadaan menjadi sulit. Nah untuk pasangan muda sebaiknya kondisi pandemi ini juga dipertimbangkan sebelum melakukan pernikahan. Selama masih butuh waktu dan persiapan yang matang, rasanya tidak perlu tergesa-gesa untuk menikah.

Jujur teman kuliah saya juga banyak yang menikah muda dikala pandemi. Saya juga tidak bisa menyalahkan sih. Yaa namanya jodoh rahasia tuhan, mungkin karena memang jodohnya cepat datang? Pas banget dimasa pandemi.

Tetapi jika boleh saya berpendapat menikah muda apalagi dikala pandemi bukanlah solusi dari sebuah masalah. Menikah itu adalah perjalanan hidup yang sebenarnya didalamnya akan banyak kerepotan harus dipersiapkan sematang mungkin.

Undangan dari teman satu persatu datang ke saya, aku tersenyum lebar dengan kagum melihat mereka yang sudah berani mengambil keputusan besar dalam hidup disaat diri ini saja masih bingung menentukan mana laos mana jahe:)

Aku termasuk orang yang sangat tidak mendukung nikah muda. Apalagi jika konteksnya untuk meringankan beban keluarga di masa pandemi ini, tentu saja tidak efektif. Pasangan yang menikah di umur yang sudah “cukup matang” saja masih banyak menghadapi masalah, apalagi pasangan dengan umur yang masih muda. Memang kondisi setiap orang berbeda, namun sebaiknya pikirkan dulu resiko sebelum menikah muda. Menurut Alodokter, resiko menikah muda antara lain :

  • Gangguan psikologis
  • Komplikasi kehamilan
  • Masalah ekonomi
  • Kekerasan dalam rumah tangga
  • Perceraian

Oleh karena itu, menikah bukan solusi untuk masalah kehidupan. Hal ini perlu dipertimbangkan lagi agar tidak menimbulkan dampak negatif yang nantinya mungkin akan lebih menambah beban terhadap keluarga yang melangsungkannya.

Summary

Risiko Nikah Muda yang Perlu Dipertimbangkan - Alodokter

Menurut saya itu bukan sebuah alternatif yang baik. Mengingat pernikahan anak di usia dini Juga merupakan bukan sebuah keputusan yang tepat meskipun dimasa pandemi sekalipun. Tentunya karena pernikahan diusia muda juga menimbulkan dampak dampak negatif seperti emosi yang masih belum terkontrol sehingga menyebabkan perceraian, resiko bayi yang dilahirkan stunting, gangguan kesehatan, memicu timbulnya KDRT dalam rumah tangga. Dan saya rasa, pandemi bukan sebuah alasan untuk menikah diusia dini.

Melihat pandangan teman-teman di atas yang mengatakan bahwa nikah muda di masa pandemi menjadi tidak efektif. Kalau boleh saya berpendapat, menurut saya menikah tidak ada hubungannya dengan kondisi pandemi pada saat ini, karena ketika seseorang memutuskan untuk menikah maka dia telah siap untuk menerima konsekuensi yang ada dan bertanggung jawab atasnya. Kalau pasangan tersebut sudah siap secara mental dan materi, menurut saya sah-sah saja kalau dia memutuskan untuk menikah di masa pandemi seperti ini. Jadi menurutku yang perlu diperhatikan lagi bukan pada “nikah muda” nya tetapi pada kesiapan orangnya. Jangan sampai ketika belum benar-benar siap akhirnya memutuskan menikah tanpa berpikir panjang.