Apakah ada orang yang bisa meninggal karena patah hati?


Patah hati, tentunya semua orang pernah merasakannya dimana perasaan ini terkadang membuat seseorang merasa sangat terpuruk. Dan penyebab utama patah hati biasanya ditinggal oleh pasangan yang membuat dunia tidak berarti lagi. Patah hati membuat kita merasa tak berharga, tak ada lagi yang diperjuangkan selepas kepergian pasangan. Stress dan depresi pun berisiko muncul ketika seseorang merasa terpuruk karena patah hati. Patah hati tidak hanya berupa berpisah sementara atau ditolak, namun bisa berupa terpisah karena kematian atau ditinggal pergi orang yang kita sayang selamanya.

Namun, pernahkah Anda mendengar berita bahwa ada seseorang yang meninggal karena patah hati atau pasca ditinggal oleh pasangannya?

Sumber Gambar

https://cdn.hellosehat.com/wp-content/uploads/2016/11/patah-hati-menyebabkan-kematian.jpg

Menurut para ahli, kondisi patah hati atau sedih yang dialami seseorang lebih cepat mengantar dia pada kematian. Melansir LiveScience, menurut asisten kepala psikiatri di Zucker Hillside Hospital New York, Scott Krakower, secara medis hal tersebut bisa dibenarkan. Artinya, dunia medis memang mengenal istilah sindrom patah hati.

“Sindrom patah hati dapat terjadi sebagai respons dari penyebab stres akut dalam kehidupan seseorang,”
Para peneliti menemukan orang lansia yang kehilangan pasangan hidupnya dua kali berisiko mengalami serangan jantung atau stroke 30 hari setelah kematian sang pasangan dibandingkan orang yang tidak kehilangan.

Hal ini memang benar adanya karena tetangga saya pun kemarin meninggal karena suaminya meninggal seminggu sebelumnya. Sebelum suaminya meninggal beliau sehat" saja tapi setelah suaminya meninggal kondisinya drop dan langsung dilarikan ke rumah sakit setelah beberapa hari di rumah beliau pun meninggal.

Korelasi antara patah hati dan kasus bunuh diri telah dibuktikan dengan data dari World Health Organisation (WHO) yaitu secara global tingkat rasio bunuh diri adalah 11,4 orang per 100.000 penduduk pada tahun 2012. Sedangkan di Indonesia pada tahun 2012 rasio bunuh diri mencapai 4,3 orang per 100.000 penduduk. Penyebab dari tingginya angka bunuh diri bervariasi seperti karena faktor ekonomi, tekanan kerja, penyakit kronis dan patah hati.

Bahaya dari patah hati juga diperkuat oleh pendapat beberapa tokoh, salah satunya adalah Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengatakan tingginya angka bunuh diri akibat patah hati maupun masalah lainya dikarenakan masyarakat Bali yang memiliki kebiasaan koh ngomong atau dalam bahasa Indonesia artinya malas berbicara tentang masalahnya yang mengakibatkan depresi dan akhirnya memutuskan untuk bunuh diri (TribunBali,
2018).

Terkait kasus patah hati pada remaja pasca putus cinta, sangat penting bagi remaja untuk terbebas dari rasa patah hati tersebut, dalam bahasa populer sering disebut “Move on”. Menurut McCullough (2001) perilaku memaafkan dapat didefinisikan sebagai suatu tranformasi atau perubahan motivasi pada diri seseorang.