Apa yang dimaksud dengan Permintaan Tenaga Kerja dalam Jangka Pendek?

Permintaan Tenaga Kerja dalam Jangka Pendek

Menurut Arfida (2003), permintaan tenaga kerja adalah hubungan antara tingkat upah (yang dilihat dari perspektif seorang majikan adalah harga tenaga kerja) dan kuantitas tenaga kerja yang dikehendaki oleh majikan untuk dipekerjakan (dalam hal ini dapat dikatakan dibeli).

Apa yang dimaksud dengan Permintaan Tenaga Kerja dalam Jangka Pendek?

1 Like

Menurut Arfida (2003), permintaan tenaga kerja adalah hubungan antara tingkat upah (yang dilihat dari perspektif seorang majikan adalah harga tenaga kerja) dan kuantitas tenaga kerja yang dikehendaki oleh majikan untuk dipekerjakan (dalam hal ini dapat dikatakan dibeli).

Menurut Simanjuntak (1985), pertambahan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja, tergantung dari pertambahan permintaan masyarakat terhadap barang yang diproduksinya ( derived demand ). Permintaan tenaga kerja berkaitan dengan (Arfida, 2003):

  • Tingkat upah Makin tinggi tingkat upah, makin sedikit tenaga kerja yang diminta. Begitu pula sebaliknya.
  • Teknologi Kemampuan menghasilkan tergantung teknologi yang dipakai. Makin efektif teknologi, makin besar artinya bagi tenaga kerja dalam mengaktualisasi ketrampilan dan kemampuannya.
  • Produktivitas Produktivitas tergantung modal yang dipakai. Keleluasaan modal akan menaikkan produktivitas kerja.
  • Kualitas tenaga kerja Latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja yang merupakan indeks kualitas tenaga kerja mempengaruhi permintaan tenaga kerja. Begitu pula keadaan gizi mereka.
  • Fasilitas modal Dalam realisasinya, produk dihasilkan atas sumbangan modal dan tenaga kerja yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Hal ini dikarenakan peranan input yang lain dapat merupakan faktor penentu lain

Menurut Sumarsono (2003), permintaan tenaga kerja dipengaruhi oleh perubahan tingkat upah dan perubahan faktor-faktor lain yang mempengaruhi permintaan hasil.

  1. Perubahan tingkat upah

Perubahan tingkat upah akan mempengaruhi tinggi rendahnya biaya produksi perusahaan.

  1. Perubahan permintaan pasar akan hasil produksi dari perusahaan yang bersangkutan .

Apabila permintaan akan hasil produksi perusahaan meningkat, perusahaan cenderung untuk menambah kapasitas produksinya. Untuk maksud tersebut perusahaan akan menambah penggunaan tenaga kerjanya.

  1. Harga barang modal turun

Apabila harga barang modal turun, maka biaya produksi turun dan tentunya mengakibatkan harga jual barang per unit ikut turun. Pada keadaan ini perusahaan akan cenderung meningkatkan produksi karena permintaan hasil produksi bertambah besar. Disamping itu permintaan akan tenaga kerja dapat bertambah besar karena peningkatan kegiatan perusahaan

Peningkatan jumlah tenaga kerja dalam suatu lapangan usaha tidak dilakukan untuk jangka pendek, walaupun permintaan masyarakat terhadap produk yang dihasilkan tinggi. Dalam jangka pendek, pengusaha lebih mengoptimalkan jumlah tenaga kerja yang ada dengan penambahan jam kerja atau penggunaan mekanisasi, sedangkan dalam jangka panjang kenaikan jumlah permintaan masyarakat akan direspon dengan menambah jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan. Hal ini berarti terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja baru.

Permintaan tenaga kerja dapat dibedakan menjadi permintaan tenaga kerja dalam jangka pendek dan permintaan tenaga kerja dalam jangka panjang. Perbedaan antara permintaan jangka pendek dan jangka panjang adalah:

  1. Penyesuaian dalam penggunaan tenaga kerja yang dapat dilakukan oleh perusahaan apabila perusahaan tidak sanggup mengadakan perubahan terhadap inputnya yang lain, dan

  2. Penyesuaian dalam penggunaan tenaga kerja yang dapat dilakukan oleh perusahaan apabila perusahaan itu sanggup mengadakan perubahan terhadap inputnya yang lain (Arfida, 2003).

Dalam jangka pendek, perusahaan tidak mampu untuk mengubah kuantitas modal yang ia gunakan dan tidak dapat menambah output kecuali dengan menambah penggunaan tenaga kerja (Arfida, 2003).

Kombinasi tenaga kerja dan modal yang dapat digunakan perusahaan untuk menghasilkan “kuantitas yang sama” dari output diperlihatkan oleh garisgaris kurva yang disebut isokuan. Misalnya, perusahaan dapat mencapai isokuan 2 dengan cara menggunakan lima unit tenaga kerja, atau dengan cara kombinasi lainnya antara tenaga kerja dan modal yang merupakan substitusi dalam proses produksi. Pada umumnya, bila sebuah perusahaan harus secara berturut- turut mengurangi satu unit penggunaan dari satu faktor produksi, maka ia harus menggunakan secara berturut- turut jumlah yang lebih besar dari faktor produksi yang lainnya agar dapat mempertahankan kuantitas output tanpa mengalami perubahan. Fakta ini tercermin pada kurvator isokuan yang dilukiskan berbentuk cembung terhadap titik O (origin) (Arfida, 2003).

image
Setiap kuantitas produk dapat dihasilkan dengan berbagai macam kombinasi tenaga kerja dan modal. Misalnya, isokuan 2 dapat dicapai dengan 5 unit modal dan 2 unit tenaga kerja atau dengan 4 unit modal dan 3 unit tenaga kerja. Perusahaan dapat meningkatkan outputnya dari isokuan 2, katakanlah menjadi isokuan 3 dengan cara meningkatkan jumlah modal yang digunakan atau dengan cara meningkatkan kedua jenis input. Apabila diberikan kebebasan penuh untuk memilih, maka pengusaha akan menghasilkan setiap jenis output dengan kombinasi modal dan tenaga kerja yang paling sedikit biayanya. Akan tetapi, karena asumsi kita bahwa perusahaan itu berada dalam jangka pendek, maka ia tidak mampu untuk mengubah kuantitas modal yang ia gunakan. Perusahaan dalam jangka pendek tidak dapat menambah output kecuali dengan menambah penggunaan tenaga kerja (Arfida, 2003).

Apabila diberikan kebebasan penuh untuk memilih, maka pengusaha akan menghasilkan setiap jenis output khusus dengan kombinasi modal dan tenaga kerja yang paling sedikit biayanya. Namun demikian, karena perusahaan berada dalam jangka pendek, maka ia tidak mampu untuk merubah kuantitas modal yang digunakan. Perusahaan dalam jangka pendek tidak dapat menambah output kecuali dengan menambah pengguna tenaga kerja.

Output keseluruhan yang diperoleh dari berbagai macam jumlah tenaga kerja adalah kurang penting bagi permintaan tenaga kerja dibandingkan dengan tambahan terhadap output keseluruhan yang dihubungkan dengan tambahan jumlah tenaga kerja yang digunakan. Tambahan terhadap output keseluruhan yang dilakukan dengan cara suatu penambahan satu unit tenaga kerja adalah produk fisik marjinal dari tenaga kerja (MPPL). MPP tenaga kerja secara normal akan bertambah dengan suatu penambahan dalam modal perusahaan.

Apabila setiap perusahaan menyelenggarakan unit tenaga kerja tambahan terhadap suatu persediaan modal yang sudah tetap, maka output akan mulai mengalami kenaikan. Dapat atau tidaknya output mengalami kenaikan pada mulanya menurut tingkat pertambahan sangat tergantung pada ciri-ciri unik proses produksi khusus perusahaan itu. Setelah sejumlah tenaga kerja digunakan, maka output akan mulai bertambah menurut suatu tingkat pengurangan. MPP akan menjadi positif tetapi dengan pertambahan yang berkurang ( diminishing ). Implikasi utama diminishing returns ialah bahwa setelah menggunakan sejumlah tenaga kerja, perusahaan akan bersedia untuk menggunakan input tenaga kerja tambahan hanya dengan pemberian upah yang lebih rendah; hal ini karena setelah sejumlah tenaga kerja digunakan, setiap unit tambahan akan menghasilkan sedikit output tambahan.

Apabila perusahaan menambahkan satu unit tenaga kerja lagi, maka penerimaannya akan bertambah dengan jumlah nilai produk fisik marjinal (VMPP), yang merupakan harga dari tiap unit output P, dikalikan dengan jumlah unit output yang dihasilkan oleh unit tenaga kerja tambahan (MPP bagi tenaga kerja). Nilai produk fisik marjinal (VMPP) merupakan permintaan perusahaan akan tenaga kerja karena menentukan harga maksimum yang akan dibayarkan oleh perusahaan bagi berbagai jumlah tenaga kerja. Setiap perusahaan yang diasumsikan hendak memaksimalkan keuntungan tidak akan mau dengan sengaja membayar setiap input lebih daripada input yang ditambahkan kepada penerimaan perusahaan keseluruhan. Jumlah tenaga kerja yang diminta oleh setiap perusahaan berhubungan terbalik dengan tingkah upah. Perusahaan yang menghendaki keuntungan maksimal dapat memilih jumlah terbaik bagi tenaga kerja untuk digunakan. Jumlah itu dalam persaingan murni selalu merupakan jumlah yang menjadikan VMPP tenaga kerja sama dengan upah, oleh karena upah merupakan biaya marjinal bagi suatu unit tenaga kerja. Oleh karena asumsi input modal telah ditetapkan dalam jangka pendek, maka suatu penyesuaian dalam jumlah tenaga kerja merupakan satu-satunya penyesuaian yang mungkin dilakukan bagi perusahaan yang berada dalam persaingan murni dalam jangka pendek (Bellante dan Jackson, 1990).

Referensi

Sembiring, N O. 2015. Analisis Permintaan Tenaga Kerja Di Indonesia Tahun 2000-2010 (Studi Kasus: Industri Manufaktur Menengah Dan Besar). Skripsi. Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Diponegoro, Semarang.