Apa yang anda ketahui tentang khalifah Abu Bakar ?

Khalifah adalah gelar yang diberikan untuk pemimpin umat Islam setelah wafatnya Muhammad (570–632). Khalifah juga sering disebut sebagai Amīr al-Mu’minīn atau “pemimpin orang yang beriman”, atau “pemimpin orang-orang mukmin”, yang kadang-kadang disingkat menjadi “amir”.

Apa yang anda ketahui tentang khalifah Abu Bakar ?

Wafatnya Rasulullah Saw. mengejutkan seluruh umat Islam bahkan banyak dari kalangan shahabat yang tidak mempercayai kabar ini. sehingga banyak yang bingung menyikapi peristiwa besar ini. banyak dari para Shahabat yang tertunduk lesu tak mampu menegakkan kakinya, banyak yang lidahnya kelu tak bisa berkata-kata, bahkan ada yang mengingkari hal ini dan bahkan ada pula yang sampai mengatakan bahwa Rasulullah tidaklah meninggal, beliau hanya pergi untuk menemui Rabbnya sebagaiman Musa AS menemui Rabbnya selama 40 hari. Bahkan umar pun mengangkat pedangnya dan bersumpah akan menebas siapapun yang mengatakan Rasulullah meninggal.

Bahkan Imam Qurthuby mengisahkan betapa besarnya musibah ini, seraya menjelaskan bahwa sebesar-besar musibah adalah musibah yang menimpa agama. Dan wafatnya Roslullah merupakan musibah besar yang menimpa agama ini. Rasulullah bersabda:

“Jika salah seorang diantara kalian tertimpa musibah maka hendaklah ia menginga musibahnya dengan musibah yang menimpaku, sesungguhnya (musibah yang menimpaku) inilah sebesar-besarnya musibah.”

Dan sungguh benar apa yang disabdakan oleh Rasulullah Saw. ini. karena umat Islam ketika ditinggalkan oleh beliau mulai menghadapi musibah besar yang tiada henti. Karena dengan wafatnya Rasulullah maka terputuslah wahyu, berakhirlah kenabian, dan merupakan awal munculnya para nabi palsu, banyak umat Islam yanng murtad, dan ini menjadi titik kemunduran pertama setelah sebelumnya umat Islam berhasil mencapai puncaknya.

Disinilah mulai terlihat kepiawaian Abu Bakar Ash Shidiq yang dengan tenang mampu menghadapi musibah besar ini. beliau segera berpidato membacakan ayat Allah menenangkan kaum muslimin. Beliau pun mengatatkan dalam pidatonya bahwa sesungguhnya barang siapa menyembah Nabi Muhammad Saw. maka sesungguhnya Nabi Muhammad Saw. telah meninggal dan barang siapa menyembah Alla SWT maka sesungguhnya Allah adalah Maha Hidup dan tak akan pernah mati, kemudian beliau membacakan QS. Ali Imran[3]: 144

“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh Telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? barangsiapa yang berbalik ke belakang, Maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.”

Pertemuan di Saqîfah Bani Sa’idah

Setelah berita wafatnya Rasulullah menyebar, para sahabat mulai bertanya-tanya mengenai siapakah yang akan menggantikan kepemimpinan umat Islam nantinya. Mengingat bahwa ini merupakan masalah yang penting bagi kaum Muslimin. Maka di hari itu pula, berkumpullah kaum Anshar di Saqîfah atau tempat pertemuan Bani Sa’idah. Saat kaum Muhajirin mengetahui hal ini, mereka pun segera menyusul untuk mengikuti pertemuan ini.

Di dalam perjalanannya menuju Saqîfah Bani Sa’idah ini Umar menceritakan bahwa mereka bertemu dengan dua orang laki-laki shalih.[8] Dua orang ini bertanya: “Hendak kemanakah kalian wahai kaum Muhajirin?” kami menjawab: “Kami hendak menemui saudara-saudara kami di Saqîfah bani Sa’idah.” Keduanya pun mengingatkan agar kaum Muhajirin mengurungkan niatnya untuk pergi ke saqîfah ini. Namun kami tetap bersikukuh untuk pergi kesana. Ketika sampai kami melihat seseorang yang sedang terbaring berselimut berada dalam majlis itu. Aku (Umar) bertanya: “Siapa ini?” mereka menjawab: “Dia adalah Sa’ad bin Ubadah.” Setelah kami duduk sejenak salah seorang dari mereka berrpidato dengan menyatakan akan keutamaan kaum Anshar yang telah menjadi penolong Rasulullah dan membawa Islam menuju kemajuan seraya mengingatkan agar kaum Muhajirin tidak mengeluarkan kaum Anshar dalam masalah khilafah. Saat itu aku telah menyiapkan kata-kata yang menurutku paling indah untuk aku sampaikan. Namun saat itu Abu Bakar mencegahku dan dia menyampaikan kata-kata yang jauh lebih indah dari yang hendak kusampaikan. Kemudian ia menyampaiakan hadits nabi tentang siapa yang berhak dalam perkara ini. Maka Kaum Anshar pun menerimanya.

Setelah Abu Bakar selesai berpidato dalam saqîfah Bani Sa’idah dia pun mengajukan Umar dan Abu Ubaidah sebgai Khalifah. Tapi Umar juga menolaknya dan membenci hal itu. Umr juga mengatakan bahwa jikalau lehernya dipenggal, itu tidaklah cukup untuk dibandingkan jika dia harus menjadi pemimpin dimana Abu Bakar ada di dalam kaum tersebut. Maka ketika itu Umar pun membaiat Abu Bakar dan kaum Muhajirin pun mengikutinya, kemudian kaum Anshar berikutnya.

Baiat ‘Ammah terhadap Abu Bakar.

Setelah Abu Bakar mendapat baiat dalam pertemuan di saqîfah Bani Sa’idah, di hari berikutnya umat Islam pun melaksanakan baiat Ammah terhadap Abu Bakar. Dalam riwayat dari Annas bin Malik ia mengatakan bahwa saat itu Umar berdiri sedang Abu Bakar duduk, dia berpidato seraya menyebutkan keutamaan Abu bakar yang telah menjadi orang terdekat Rasulullah, yang menemani beliau dalam gua, yang menggantikan beliau sebagai iman saat beliau sakit. Kemudian Umar pun meminta agar kaum muslimin untuk membaiat Abu Bakar sebagai pemimpin umat Islam. Saat itulah kaum muslimin membaiat Abu Bakar. Kemudian Abu Bakar pun ganti berpidato di hadapan seluruh kaum muslimin saat itu. Dan bersatulah seluruh umat Islam dalam kepemimpinan Abu Bakar RA.