Apa saja gejala dari penyakit canine distemper virus pada anjing?

Canine Distemper merupakan penyakit akut sampai subakut pada hewan yang menyerang saluran pencernaan, pernapasan dan sistem saraf pusat. Virus distemper dapat menyerang semua umur, namun paling sering pada anjing muda dan tingkat mortalitasnya juga lebih tinggi. Canine distemper menyerang hewan dalam keluarga Canidae, Mustelidae, Mephitidae, Procyonidae dan kemungkinan Felidae. Agen virus yang menyebabkan penyakit ini dikenal dengan nama canine distemper virus (CDV).Virus ini dapat ditransmisikan melalui aerosol (udara), dimana droplets tersebut berasal dari napas atau sekresi nasal hewan penderita distemper.

paramyxoviradeae

Penyakit distemper sering dikatakan sebagai “Pembohong Besar” karena gejala yang muncul sering menyerupai gejala pada penyakit lain seperti radang tenggorokan atau radang usus. Penyakit distemper sering menyebabkan terjadinya imunosupresi (penurunan daya tahan tubuh) yang menyebabkan anjing rentan terserang infeksi sekunder oleh bakteri terutama pneumonia. Ada empat tipe penyakit distemper pada anjing, yaitu tipe pernafasan, pencernaan, kulit, saraf maupun kombinasi dari beberapa tipe tersebut. Gejala umum pada kejadian penyakit ini adalah demam yang bersifat transien, biasanya terjadi pada 3-6 hari setelah infeksi. Kenaikan suhu terjdi pada hari 1-3, diikuti penurunan selama beberapa hari kemudian naik lagi selama 1 minggu atau lebih. Saat awal kejadian segera akan diikuti dengan leukopenia dan limfopenia. Selanjutnya terjadi netrofilia selama beberapa minggu. Pada tipe pernafasan, adanya demam biasanya disertai gangguan pada saluran pernafasan berupa keluarnya leleran hidung yang bersifat encer maupun kental, leleran mata, dan batuk.

Distemper yang memiliki tipe kulit ialah terjadi hiperkeratosis (penebalan kulit) dari telapak kaki (“Hardpad Disease”) dan epitelium dari cuping hidung. Anjing yang terserang menunjukkan bau yang khas. Distemper yang memiliki tipe pencernaan memiliki gejala diantaranya muntah, diare dan hilangnya nafsu makan (anoreksia). Gejala syaraf sering terlihat bersamaan dengan terjadinya hiperkeratosis (penebalan kulit). Gangguan sistem saraf pusat yang muncul antara lain: kejang tak terkendali yang bersifat lokal dari otot atau grup otot seperti di bagian kaki atau otot wajah. Gejala syaraf lain yang terjadi ialah kekakuan leher, kelumpuhan serta kejang yang dicirikan dengan adanya salivasi (pengeluaran liur tak terkendali) dan gerakan mengunyah oleh rahang (“chewing-gum fits”). Kejang akan menjadi lebih sering dan semakin parah, kemudian anjing dapat terjatuh pada salah satu sisinya. Pengeluaran urin dan feses yang tak terkendali sering terjadi. Seekor anjing dapat menunjukkan beberapa atau semua dari gejala syaraf ini. Infeksi yag terjadi dapat bersifat ringan dan tidak tampak atau bahkan parah yang dimanifestasikan oleh sebagian besar gejala syaraf di atas. Kejadian penyakit yang bersifat sistemik dapat berlangsung selama 10 hari, namun onset dari gejala syaraf yang muncul dapat tertunda selama beberapa minggu atau bulan. Distemper merupakan penyakit yang fatal karena walaupun seekor anjing tidak mati, virus distemper akan menyebabkan kerusakan menetap pada sistem syaraf anjing.