Secara bahasa, kata tasbih merupakan bentuk masdar dari sabbaha– yusabbihu–tasbihan , yang berasal dari kata sabbaha yaitu ucapan menyucikan Allah Swt.
Tasbih adalah nama dari suatu bacaan yang berbunyi : Subhana Allah (Maha Suci Allah)
Lafazh subhana merupakan bentuk mashdar yang maknanya tanzih (penyucian), menurut Al-Fayumi dalam bukunya Al-Misbah Al-Munir yang dikutip oleh Iman Saiful Mu’minin bahwa rakaian kalimat “subhanallah” sudah menjadi alam istilah yang maknanya penyucian Allah dari segala kejelekan.
Ia dibaca nashab menjadi mashdar yang tidak dapat di tashrif karena jamid (statis). Yaitu Mahasuci Allah dari segala sesuatu yang tidak layak disifati padaNya.
Secara terminologi, at-tasbiih bermakna zikir dengan mengagungkan dan mensucikan disertai dengan pembersihan diri dari segala kekurangan. Bertasbih kepada Allah berarti mengagungkan dan mensucikan-Nya dari segala sifat yang tidak layak bagi keagungan rububiah-Nya, uluhiah-Nya dan keesaan-Nya. Serta mengakui bahwa Allah SWT sajalah pemilik alam semesta berikut seluruh isinya, tanpa ada sekutu dan yang menyerupai-Nya.
Kata as-sabh juga bermakna ‘kosong’ dan bermakna ‘berbuat dalam kehidupan’. Sedangkan kata as-sibaahah bermakna ‘mengambang’. Dalam bahasa Arab diartikan dengan menggerakkan fisik (materi) dengan cepat ditengah materi yang lebih rendah kepadatan materinya, seperti air dan udara. Dengan demikian, tasbih berarti berzikir dengan cepat dan berulang kepada Allah SWT dengan menyebut nama-nama-Nya yang indah dan sifat-sifat-Nya yang Maha Tinggi disetiap saat.
Didalam al-Qur’an, juga diterangkan makna tasbih sebagai doa “sholawat” kepada Allah. Sebagaimana yang tercantum dalam ayat berikut:
“Maka ia ditelan oleh ikan besar dalam Keadaan tercela. Maka kalau Sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit. Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedang ia dalam keadaan sakit”. (Q.S. ash-Shaaffaat : 142-145)
Kata al-musabbihin mengandung makna kemantapan dalam bertasbih. Kalau sekiranya Nabi Yunus as, tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat dan menyucikan Allah, niscaya beliau akan tetap tinggal didalam perut ikan tersebut sampai tiba hari kebangkitan semua makhluk.
Dalam tasbihnya tersebut, Nabi Yunus mengakui dengan sebenar-benarnya bahwa Tuhan hanyalah Allah SWT semata. Dia-lah yang Mahasuci dari segala kekurangan dan sifat-sifat yang tidak pantas bagiNya.
Didalam pengakuan-pengakuan itu, terselip doa yang tulus agar ia dilepaskan dari siksaan terpenjara dalam perut ikan. Allah menegaskan bahwa bila beliau tidak bertasbih dan berdoa seperti itu, maka beliau akan menghuni perut ikan itu sampai hari kiamat.
Diantara hikmah bertasbih ialah :
-
Menjadikan manusia sabar dan selalu memohon ampun atas segala cobaan.
Maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi. Q.S. Al-mu’min: 55
-
Menjadikan manusia sebagai orang yang ahli ibadah dan selalu minta ampunan.
Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud (shalat). QS. Al-Hijr: 98
Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat. QS. An-Nashr: 3
-
Menjadikan manusia bertawaqal kepada Allah.
Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya. QS. Al-Furqan 58
-
Menerima ketetapan Allah.
Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika kamu bangun berdiri, dan bertasbihlah kepada-Nya pada beberapa saat di malam hari dan di waktu terbenam bintang-bintang (di waktu fajar). QS. At-Thur: 48-49
-
Tidak takabbur.
Jika mereka menyombongkan diri, maka mereka (malaikat) yang di sisi Tuhanmu bertasbih kepada-Nya di malam dan siang hari, sedang mereka tidak jemu-jemu. QS, Fushilat: 38
Sesungguhnya malaikat-malaikat yang ada di sisi Tuhanmu tidaklah merasa enggan menyembah Allah dan mereka mentasbihkan-Nya dan hanya kepada-Nya-lah mereka bersujud. Q.S.al-’Araf: 206
-
Menambah keimanan.
Sesungguhnya orang yang benar-benar percaya kepada ayat-ayat Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat itu mereka segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Rabbnya, dan lagi pula mereka tidaklah sombong. QS. As-Sajadah: 15
-
Menjadikan manusia memiliki sifat ridha sebagaimana dijelaskan .
Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan pada waktu-waktu di siang hari, supaya kamu merasa senang. QS. Thaha : 130
Bahkan, keutamaan dari bertasbih juga diterangkan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya berikut ini :
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abu Bakar berkata, telah menceritakan kepada kami Mu’tamir dari 'Ubaidullah dari Sumayyah dari Abu Shalih dari Abu Hurairah berkata,
"Pernah datang para fuqara kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam seraya berkata,
“Orang-orang kaya, dengan harta benda mereka itu, mereka mendapatkan kedudukan yang tinggi, juga kenikmatan yang abadi. Karena mereka melaksanakan shalat seperti juga kami melaksanakan shalat. Mereka shaum sebagaimana kami juga shaum. Namun mereka memiliki kelebihan disebabkan harta mereka, sehingga mereka dapat menunaikan 'ibadah haji dengan harta tersebut, juga dapat melaksnakan 'umrah bahkan dapat berjihad dan bersedekah.”
Maka beliau pun bersabda:
"Maukah aku sampaikan kepada kalian sesuatu yang apabila kalian ambil (sebagai amal ibadah) kalian akan dapat melampaui (derajat) orang-orang yang sudah mengalahkan kalian tersebut, dan tidak akan ada yang dapat mengalahkan kalian dengan amal ini sehingga kalian menjadi yang terbaik di antara kalian dan di tengah-tengah mereka kecuali bila ada orang yang mengerjakan seperti yang kalian amalkan ini?.
Yaitu kalian membaca tasbih (Subhaanallah), membaca tahmid (Alhamdulillah) dan membaca takbir (Allahu Akbar) setiap selesai dari shalat sebanyak tiga puluh tiga kali."
Kemudian setelah itu di antara kami terdapat perbedaan pendapat. Di antara kami ada yang berkata,
“Kita bertasbih tiga puluh tiga kali, lalu bertahmid tiga puluh tiga kali, lalu bertakbir empat puluh tiga kali.”
Kemudian aku kembali menemui Beliau shallallahu 'alaihi wasallam, beliau lalu bersabda: “Bacalah ‘Subhaanallah walhamdulillah wallahu Akbar’ hingga dari itu semuanya berjumlah tiga puluh tiga kali”.46 (H.R. Bukhari, kitab azan no.843)