Mekanisme pertahanan diri timbul karena adanya dorongan id yang dicegah oleh ego dan superego, yang ditemukan oleh Freud, putrinya Anna Freud, (1946) dan murid muridnya :
1. Represi
Mekanisme yang sangat mendasar adalah represi, dikatakan mendasar karena mekanisme ini juga terlibat dalam mekanisme- mekanisme yang lainnya. Bila impuls-impuls dari id begitu mengancam, maka kecemasan akan menjadi semakin hebat sampai kepada titik di mana ego tidak dapat lagi menahannya. Untuk melindungi dirinya sendiri, ego mengekspresikan insting itu, yakni ia memaksa perasaan yang tidak dikehendaki itu untuk masuk kedalam ketidaksadaran. Dalam banyak hal seperti represi digunakan terus selama hidup.
Anna Freud menyebutnya dengan ”melupakan yang bermotivasi”, adalah ketidakmampuan untuk mengingat kembali situasi, orang atau peristiwa yang menakutkan.
”saya sering melupakan sesuatu yang tidak saya sukai atau menghalangi usaha saya untuk mengejar cita-cita saya”
Orang atau individu melakukan represi berarti di dalam diri individu tersebut terdapat keinginan atau ada usaha untuk melupakan situasi, orang atau peristiwa yang menakutkan atau tidak disukai oleh individu dan peristiwa tersebut tidak ingin terulang kembali.
2. Pembentukan Reaksi
Salah satu cara dari dorongan yang diekspresikan memperlihatkan dirinya adalah menggunakan penyamaran yang langsung berlawanan dengan bentuk aslinya. Mekanisme ini disebut pembentukan reaksi.
Tingkahlaku reaktif dapat diidentifikasikan oleh sifatnya yang berlebih-lebihan dan bentuknya yang obsesif kompulsif.
Contoh yang paling umum dan yang paling jelas dari pembentukan reaksi ini dapat dilihat pada seorang perempuan yang sangat marah dan benci terhadap ibunya. Karena ia mengetahui bahwa masyarakat menuntut cinta kepada orang tua, maka kemarahan dan kebencian terhadap ibunya akan menyebabkan dia terlalu cemas.
Untuk menghindari kecemasan itu, anak tersebut memusatkan perhatian pada dorongan yang berlawanan yaitu cinta. Akan tetapi, cinta kepada ibunya bukan cinta sejati. Cinta itu mencolok, berlebih-lebihan, dan tidak semestinya. Anna Freud menyebutnya dengan ”percaya pada hal yang sebaliknya”.
Mekanisme ini adalah mengubah dorongan-dorongan yang tidak dapat diterima menjadi dapat diterima. Berdasar pada beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa semua dorongan yang masuk kepada individu meski dorongan tersebut dapat mememenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup yang dapat diterima oleh orang lain namun dorongan tersebut tidak dapat diterima oleh aturan yang ada pada diri individu tersebut atau individu tersebut tetap menolak dorongan itu, atau dapat dikatakan apa yang kita inginkan atau yang harus dipenuhi untuk memenuhi kebutuhan dengan terpaksa harus ditolak secara tidak wajar.
”saya sering menolak pendapat orang lain meski banyak orang lain yang setuju dengan pendapatnya”
3. Pengantian/Pemindahan
Freud menggunakan pemindahan untuk menyebut penggantian penggantian satu simtom neurotik dengan yang lainnya. Dalam pandangan Freud pembentukan reaksi hanya terbatas kepada satu obyek. Mekanisme ini berjalan dengan cara mengalihkan arah dorongan ke target pengganti.
Contoh adalah seorang yang marah terhadap teman sekamarnya mungkin memindahkan kemarahan itu kepada karyawannya atau kepada kucing kesayangannya.
Anna Freud menambahkan jika Anda merasa nyaman dengan dorongan, hasrat, dan nafsu yang Anda rasakan, tetapi orang lain yang Anda jadikan sasaran tentang perasaan itu malah merasa terancam, maka Anda dapat menggantikan dengan orang lain yang dijadikan target simbolik.
”saya sering bepergian ketika pikiran saya sedang kacau atau banyak masalah”
4. Sublimasi
Sublimasi adalah mengubah berbagai rangsangan kedalam bentuk yang lebih positif.
”saya sering mengekspresikan atau mengungkapkan seluruh isi hati ke dalam karya seni”
5. Fiksasi
Pertumbuhan psikis biasanya berjalan secara berkesinambungan melalui berbagai tahap perkembangan. Akan tetapi, proses pertumbuhan psikologis tidak terjadi tanpa saat-saat yang menimbulkan stres dan kecemasan. Kalau harapan untuk mengambil langkah berikutnya menimbulkan banyak kecemasan, maka ego mungkin mengambil strategi untuk tetap tinggal pada tahap sekarang yang secara psikologis lebih menyenangkan. Pertahanan yang demikian dinamakan fiksasi.
Fiksasi adalah dimana individu merasa nyaman pada suatu tahap tertentu dan belum berani untuk melangkah kepada tahap selanjutnya karena takut jika melangkah kepada tahap selanjutnya akan membuatnya menjadi tidak nyaman.
”saya belum siap untuk menghadapi dunia yang baru, jika saya menikahi pacar saya tahun depan”
6. Regresi
Regresi adalah kembali ke masa-masa dimana seseorang mengalami tekanan psikologis. Pada saat mengalami stres dan kecemasan mungkin akan kembali lagi ke tahap perkembangan sebelumnya.
Misalnya, seorang anak yang disapih mungkin akan meminta botol susu bila saudaranya lahir. Perhatian kepada bayi yang lahir itu merupakan ancaman bagi anak yang lebih tua. Tingkah laku regresi sama dengan tingkah laku fiksasi. Namun regresi lebih bersifat sementara, sedangkan fiksasi memerlukan sedikit lebih banyak pengeluaran energi psikis yang permanen.
”kadang saya merasa iri terhadap anak-anak kecil yang selalu tertawa bahagia seolah ia hidup tanpa beban dan masalah”
7. Proyeksi
Bila dorongan insting internal menimbulkan terlalu banyak kecemasan, ego mungkin mereduksikan kecemasan dengan menghubungkan dorongan yang tidak bisa dikendalikan itu dengan obyek luar, biasanya orang lain.
Mekanisme proyeksi, dapat didefinisikan sebagai melihat pada orang-orang lain perasaan atau tendensi yang tidak dapat diterima dan yang sesungguhnya berada dalam ketidaksadaran orang itu sendiri.
Misalnya, seorang istri yang baik dan jujur tertarik kepada laki-laki tetangga. Tapi, dia bukannya menyadari apa yang dia rasakan, namun malah tanpa pertimbangan dia mencemburui suaminya. Perempuan itu menipu dirinya sendiri dengan berpendapat bahwa dia tidak tertarik terhadap laki-laki tetangga.
Suatu tipe proyeksi yang ekstrim adalah paranoia, yakni suatu gangguan mental dengan ciri khasnya adalah delusi kecemburuan dan dikejar-kejar sangat kuat.
”saya sering menuduh dan curiga kepada pacar saya ketika saya tertarik kepada orang lain yang lebih tua”
8. Introyeksi/Identifikasi
Introyeksi adalah suatu mekanisme pertahanan yang digunakan orang-orang untuk memasukkan kualitas-kualitas positif dari orang lain ke dalam ego mereka sendiri.
Misalnya, seorang gadis remaja mengintoyeksikan nilai atau gaya hidup seorang bintang film. Introyeksi itu memunkinkan sang gadis remaja meningkatkan perasaan harga dirinya dan membuat perasaan inferioritasnya berkurang.
Orang-orang selalu mengintroyeksikan ciri-ciri khas yang dilihat berharga dan membuat mereka merasa lebih baik mengenai diri mereka sendiri. Introyeksi kadang juga disebut identifikasi. Mekanisme ini bekerja dengan cara membawa kepribadian orang lainmasuk kedalam diri sendiri.
”saya selalu membayangkan bahwa saya adalah orang yang paling kaya di dunia ketika saya bertemu dengan tetangga saya yang lebih kaya dari saya”
Dari penjelasan di atas dapat di ambil contoh lain misalnya seorang mahasiswa yang akan mempresentasikan makalah yang telah ia kerjakan, supaya tidak malu maka ia presentasi di depan mahasiswa lainnya dengan menggunakan gaya dari dosen yang ia kagumi.
9. Penolakan
Penolakan dilakukan dengan cara memblokir peristiwa- peristiwa yang datang dari luar kesadaran. Jika dalam situasi tertentu peristiwa ini terlalu banyak untuk ditanggulangi, seseorang hanya perlu menolak mengalaminya. Cara ini adalah cara yang paling primitif dan berbahaya, karena tidak ada orang yang selamanya mampu lari dari kenyataan.
Penolakan dapat bekerja sendiri atau biasanya dikombinasikan dengan bentuk mekanisme pertahanan lain yang lebih kukuh. Misal, ketika anak-anak membayangkan ayahnya yang jahat menjadi boneka yang lucu dan baik, atau mengubah bocah yang tidak berdaya menjadi kesatria yang gagah.
”saya sering memaksakan diri untuk terus mengerjakan skripsi ketika saya merasa rindu dengan pacar saya”
10. Asketisme atau menolak segala kebutuhan
Asketisme adalah mekanisme pertahanan ego yang paling jarang dikenal orang. Misalnya, anak remaja ketika merasa tersiksa oleh munculnya dorongan seksual, bisa jadi secara tidak sadar mencoba melindungi diri dengan menolak, bukan hanya menolak dorongan seksual, tetapi seluruh bentuk dorongan nafsu dengan menempuh gaya hidup asketik seperti cara hidup pendeta guna menolak apa yang dinikmati orang lain.
”saya sering marah kepada semua teman-teman kost ketika saya sedang marah dengan pacar saya”
11. Isolasi
Mekanisme ini berjalan dengan cara mengalihkan emosi dari kenangan yang menakutkan. Misalnya, orang yang merasa dirinya dianggap sebagai anak kecil, atau orang yang selalu mengedepankan aspek intelektual ketika pertama kali kenal dengan urusan seksual. Atau para dokter dan perawat harus membiasakan diri memisahkan rasa jijik, jengkel, dan takut mereka pada darah, luka rintihan, dan sebagainya serta tetap memperlakukan pasien dengan ramah, hangat seperti keluarga sendiri.
”saya sering memikirkan masalah yang sedang saya hadapi ketika saya berkumpul dengan teman-teman dan mereka sedang asik bercanda bersama”
12. Melawan diri sendiri
Ini merupakan bentuk penggantian paling khusus, dimana seseorang menjadikan dirinya sendiri sebagai target pengganti. Biasanya diri sendiri dijadikan sebagai target pengganti untuk melampiaskan rasa benci, marah, dan keberingasan, ketimbang pelampiasan terhadap dorongan-dorongan positif.
Menurut Freud, mekanisme ini dapat menjelaskan perasaan minder, bersalah akibat depresi yang kita alami. Ide bahwa depresi sering muncul akibat kemarahan yang ditahan dapat diterima setiap teorikus, baik Freudian maupun non-Freudian.
Misalnya, seorang ibu dan putrinya sedang berkunjung kerumah teman, putrinya yang berusia 5 tahun menumpahkan gelas susu coklat di karpet ruang tamu. Teman ibu pun memarahi dan mengatakan bertindak bodoh dan harus belajar agar lebih hati-hati. Anak tersebut berdiri terpaku dengan pandangan nanar menatap ibunya, dan sesaat kemudian anak tersebut memukul-mukul kepalanya sendiri berkali-kali.
”saya sering menghukum diri saya sendiri apabila saya telah melakukan kesalahan kepada orang lain”
13. Tawanan altruistik
Tawanan altruistik adalah bentuk proyeksi yang awalnya terlihat berlawanan. Orang berusaha memenuhi kebutuhannya semaksimal mungkin, tapi dengan memanfaatkan orang lain. Misalnya, orang yang berusaha keras membuat orang lain bersahabat dan menjalin hubungan dengannya, sementara hubungan dia dengan orang lain tidak pernah diperhatikannya. Dia selalu bertanya ”apa yang terjadi semalam tadi?
Contoh yang paling ekstrim adalah orang yang menjalani seluruh hidupnya demi orang lain.
”saya jarang memenuhi keinginan saya, saya cenderung menuruti apa yang diinginkan oleh orng tua saya”
14. Penghapusan
Mekanisme ini mencakup gestur atau ritual yang bertujuan menghapus pikiran atau perasaan yang tidak mengenakkan. Misalnya, seorang anak laki-laki akan membaca terbalik dari belakang kedepan pada saat di dalam kepalanya berkecamuk pikiran-pikiran seksual, atau akan membuang muka dan meludah ketika teman-temannya mengajaknya masturbasi.
Pada diri orang ”normal”, mekanisme penghapusan ini tentu lebih disadari, dan kita biasa terlibat dalam tindakn-tindakan yang bersifat melupakan, atau tindakan meminta maaf. Tetapi sebagian orang, tindakan melupakan ini tidak disadari sama sekali.
Misalnya seorang pemabuk yang setiap hari mengomel tidak karuan dan suka main tangan, memberikan hadiah yang berlimpah kepada anak-anaknya pada waktu hari raya. Ketika suasana hari raya habis, dan anak-anaknya pun tidak terkecoh dengan ”tipuan” ini, ia kembali lagi kepada kaki botol dan bercerita kepada orang lain di bar betapa keluarganya tidak memiliki rasa terima kasih sama sekali dan merekalah sebenarnya yang memaksa dia kembali jadi pemabuk.
”saya sering memberikan hadiah kepada pacar saya ketika ketahuan berbuat salah padanya”
15. Identifikasi dengan penyerang
Mekanisme ini adalah bentuk introyeksi yang berfokus pada pengadopsian, bukan dari segi umum atau positif, tapi dari segi negatif. Misalnya, jika anda merasa takut dengan seseorang, anda akan menakhlukkan rasa takut itu dengan pura-pura menjadi orang yang anda takuti.
”saya pura-pura menjadi preman ketika preman-preman di ujung gang sedang berkumpul”