Penerimaan diri adalah ungkapan senang dan puas terhadap kenyataan dirinya sendiri. Penerimaan diri juga merupakan sejauhmana seseorang dapat menyadari dan mengakui karakteristik pribadi dan menggunakannya dalam menjalani kelangsungan hidupnya. Penerimaan diri pada dasarnya merupakan perwujudan dari rasa puas, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap kemampuan yang ada pada dirinya, disamping itu individu yang menyadari akan keterbatasan-keterbatasan yang dimilikinya (Chaplin, 2009; Nurviana, 2006).
Aspek-aspek penerimaan diri
Hall & Lindzey (2010) mengemukakan aspek-aspek diri sebagai berikut:
a. Perasaan sederajat
Individu merasa dirinya berharga sebagai manusia yang sederajat dengan orang lain, sehingga individu tidak merasa sebagai orang yang istimewa atau menyimpang dari orang lain. Individu merasa dirinya kelemahan dan kelebihan seperti halnya orang lain.
b. Percaya kemampuan
Individu yang mempunyai kemampuan untuk menghadapi kehidupan. Hal ini tampak dari sikap individu yang percaya diri, lebih suka mengembangkan sikap baiknya dan mengeliminasi keburukannya dari pada ingin menjadi orang lain, oleh karena itu individu puas menjadi diri sendiri.
c. Bertanggung jawab
Individu yang berani memikul tanggung jawab terhadap perilakunya. Sifat ini tampak dari perilaku individu yang mau menerima kritik dan menjadikannya sebagai suatu masukan yang berharga untuk mengembangkan diri.
d. Orientasi keluar diri
Individu lebih mempunyai orientasi diri keluar dari pada ke dalam diri, tidak malu yang menyebabkan individu lebih suka memperhatikan dan toleran terhadap orang lain sehingga akan mendapatkan penerimaan sosial dari lingkungannya.
e. Berpendirian
Individu lebih suka mengikuti standarnya sendiri dari pada bersikap conform terhadap tekanan sosial. Individu yang mampu menerima diri mempunyai sikap dan percaya diri yang menurut pada tindakannya sendiri dari pada mengikuti konvensi dan standar dari orang lain serta mempunyai ide aspirasi dan pengharapan sendiri.
f. Menyadari keterbatasan
Individu tidak menyalahkan diri akan keterbatasannya dan mengingakri kelebihannya. Individu cenderung mempunyai penilaian yang realistik tentang kelebihan dan kekurangannya.
g. Menerima sifat kemanusiaan
Individu tidak menyangkal impuls dan emosinya atau merasa bersalah karenanya. Individu yang mengenali perasaan marah, takut dan cemas tanpa menganggapnya sebagai sesuatu yang harus diingkari atau ditutupi.
Ciri-ciri penerimaan diri
Ciri-ciri orang yang menerima dirinya, menurut Hurlock (2007) adalah :
a. Mempunyai keyakinan akan kemampuannya untuk menghadapi kehidupannya.
b. Menganggap dirinya berharga sebagai seorang manusia yang sederajat dengan orang lain.
c. Berani memikul tanggung jawab terhadap perilakunya.
d. Menerima pujian dan celaan secara objektif.
e. Tidak menyalahkan dirinya akan keterbatasan yang dimilikinya ataupun mengingkari kelebihannya.
Faktor yang mempengaruhi penerimaan diri
Florentina (2008) mengemukakan tentang faktor-faktor yang berperan dalam penerimaan diri yang positif sebagai berikut :
a. Pemahaman diri
Pemahaman diri tidak hanya sebatas tentang pemahaman terhadap identitas diri, namun lebih dari itu. Pemahaman diri merupakan pemahaman sebagai diri pribadi, sosial, spiritual dan kelebihan serta kelemahan yang ada pada diri sendiri. Pemahaman diri merupakan langkah awal dalam pembentukan konsep dan kepribadian diri. Dari sini akan mewujudkan eksistensi dan eksplorasi diri pribadi. Malas, tidak mau bekerja; hanya ingin menikmati hidup tanpa usaha keras (Ridwan, 2011).
b. Adanya harapan-harapan yang realistik
Individu yang memiliki harapan yang tinggi akan lebih percaya diri serta terbiasa untuk berpikir mengenai keinginan dan rencana untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
c. Bebas dari hambatan lingkungan
Ketidakmampuan untuk mencapai tujuan yang realistik dapat disebabkan oleh ketidakmampuan individu yang bersangkutan untuk mengontrol adanya hambatan-hambatan dari lingkungan. Seseorang yang menyadari bahwa sebenarnya dia mampu, tetapi karena ada hambatan dari lingkungan (misalnya diskriminasi ras, gender,kepercayaan) akan sukar untuk memiliki penerimaan diri yang baik.
d. Sikap lingkungan seseorang
Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai penghayatan terhadap objek.
e. Ada tidaknya tekanan yang berat
Tekanan yang berat dan terus menerus seperti yang terjadi di lingkungan kerja atau di rumah, di mana kondisi emosi sedang tidak baik dapat mengakibatkan gangguan yang berat pada seseorang, sehingga tingkah laku orang tersebut dinilai menyimpang dan orang lain menjadi terlihat selalu dan menolak orang tersebut. Tidak adanya tekanan emosi membuat seseorang dapat melakukan yang terbaik dan dapat berpandangan keluar dan tidak memiliki pandangan hanya kedalam diri saja. Tanpa tekanan emosi juga dapat membuat seseorang santai dan bahagia. Kondisi-kondisi ini memberikan sumbangan positif bagi penilaian terhadap lingkungan sosial yang menjadi dasar terhadap penilaian diri sendiri dan terhadap penerimaan diri (Hurlock, 2007).
f. Frekuensi keberhasilan
Kegagalan yang sering menimpa menjadikan seseorang menolak dirinya sendiri. Sebaliknya, keberhasilan yang sering terjadi menumbuhkan penerimaan terhadap dirinya sendiri. Sering atau tidaknya berhasil yang terjadi dapat dinilai secara kuantitatif dan juga secara kualitatif. Secara kuantitatif berarti jumlah 24 terjadinya keberhasilan lebih banyak dari pada kegagalan. Secara kualitatif maksudnya, walaupun jumlah terjadinya kegagalan lebih banyak dari pada keberhasilan, namun keberhasilan yang terjadi tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting dan sangat berarti yang dapat melebihi julah kegagalan tersebut, baik dari penilaian masyarakat maupun diri sendiri (Florentina, 2008).
g. Ada tidaknya identifikasi seseorang
Individu yang mengidentifikasika diri dengan orang yang memiliki penyesuaian diri yang baik akan terpengaruh untuk mengembangkan tingkah laku positif terhadap hidupnya. Tingkah laku positif tersebut menandakan penilaian diri yang positif seta menunjukkan adanya penerimaan diri yang baik (Hurlock, 2007).
h. Perspektif diri
Pilihan perspektif yang diambil seseorang memiliki implikasi pada teori dan metodologi yang digunakan dan dikuasai serta dipahami seseorang dalam memahami suatu fenomena atau realitas. i. Latihan pada masa kanak-kanak. Meskipun bermacam-macam penyesuaian yang dilakukan oleh seseorang dapat mengubah secara radikal dan membuat hidupnya semakin baik, namun pusat dari konsep diri yang menentukan jenis penyesuaian diri yang akan dilakukan terletak pada masa kanak-kanak
(Husniyati, 2009). Konsep diri yang stabilKonsep diri adalah evaluasi individu mengenai diri sendiri penilaian atau penaksiran mengenai diri sendiri oleh individu yang bersangkutan (Chaplin, 2009).